Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Catatan Kecil tentang Tjahjo Kumolo

3 Juli 2022   20:31 Diperbarui: 3 Juli 2022   20:52 286
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tjahjo Kumolo (Foto : ANTARA)

Beberapa tahun kemudian, Caklul yang penyair bertemu mas Tjahjo di bandara Soekarno-Hatta. Sebagai ahli hisap alias perokok, dengan waktu tunggu yang cukup lama hal pertama yang dicarinya dalah ruangan merokok. Di situ Caklul kaget melihat mas Tjahjo asyik menikmati sedotan cerutunya.

Tak mau membuang kesempatan untuk ngobrol dengan bapak Menteri ia menghampiri dan bersalam memperkenalkan diri sebagai teman saya. "Oh iya dia sudah di Jogja kan?," kata mas Tjahjo.

Kiriman bunga dari Tjahjo Kumolo (Foto: Dok.Yo)
Kiriman bunga dari Tjahjo Kumolo (Foto: Dok.Yo)
Mengingat dialog itu, ada rasa hangat di hati yang sedih karena berpulangnya lelaki yang suka wayang itu. Dia memang tak pernah melupakan temannya, meski statusnya hanya penulis lepas.

Sebagai penulis, saya pernah mendapat kado dari dia saat meluncurkan kumpulan buku puisi "Di Lengkung Alis Matamu" di salah satu toko buku di Jakarta Selatan. Dia mengirim ucapan selamat lewat karangan bunga. Saat itu lelaki yang suka seni itu masih menjadi Ketua Fraksi PDIP di DPR.

Penyair kondang, Joko Pinurbo yang hadir malam itu (Jokpin memberi kata pengantar di buku) saat acara berakhir dan menuju mobil melihat karangan bunga itu. "Saya sering hadir di acara peluncuran buku puisi, tapi baru kali ini melihat ada karangan bunga, dari politisi pula,"ujarnya.


Sengkuni

Pengabdian lelaki yang nasionalis itu terhadap jabatannya memang begitu dalam. Suatu saat saya ditelponnya, mengajak bertemu sambil menyaksikan pagelaran wayang kulit di Ndalem Notoprajan, Ngampilan, Jogja. Saat itu mengambil lakon "Sengkuni Gugur" yang dibawakan oleh dalang Ki Catur Benyek

Sesampai di Ndalem Notoprajan saya langsung menghampiri mas Tjahjo yang sudah pasti duduk di depan. Tanpa protokoler, tanpa hambatan dari ajudan atau pengawalnya.

Saat itu saya langsung ingat tanggal 1 Desember 2018 itu ulang tahunnya. Ia merayakannya di Jogja karena menghadiri acara. Jauh dari keluarga, dan perayaan itu berupa tontonan wayang kulit.

Ia sudah menyukai wayang sejak kecil. Suka cerita Pandawa dan Kurawa yang baginya wayang itu identic dengan keduanya.

"Perseteruan Pandawa dan Kurawa terjadi karena adanya Sengkuni yang suka mengumbar kebencian dan fitnah. Di perpolitikan juga ada Sengkuninya, di pemerintahan juga dan di ormas ada juga. Kalau dulu mungkin dengan omongan, sekarang Sengkuni menyebarkan fitnah dan mengumbar kebencian] dengan bermain di media sosial ,"ujarnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun