Mohon tunggu...
Kavya
Kavya Mohon Tunggu... Penulis - Menulis

Suka sepakbola, puisi dan menulis

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Final Liga 2 2018 Juga Menghasilkan Wasit Gaib

9 Desember 2018   13:35 Diperbarui: 9 Desember 2018   17:05 1106
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liga 2 2018 yang sudah berakhir, tak hanya menghasilkan PSS SLeman, Semen Padang dan Kalteng Putra sebagai tim promosi ke Liga 1 2019 tapi juga keajaiban. Ya, hanya di Indonesia itu bisa terjadi dan sepertinya dibenarkan, baik dengan pernyataan atau sikap diam PSSI.

Laga final itu terjadi di Stadion Pakansari, Cibinong, 4 Desember 2018 yang dimenangkan oleh Kalteng Putra 2-0 atas Persita Tangerang. Kalteng Putra pun merebut peringkat ketiga,  menemani PSS Sleman dan Semen Padang naik kasta ke Liga 1 musim mendatang.

Namun bukan kerusuhan yang jadi "keajaiban" saat supporter Persita, memasuki lapangan, mengejar para pemain dan wasit yang mengakibatkan pertandingan terhenti .

Wasitlah yang menjadi "keajaiban" sore itu. Dalam Daftar Susunan Pemain (DSP) tertulis wasit yang memimpin laga tersebut adalah Yudi Nurcahya dari Jawa Barat. DSP ini dikeluarkan satu jam sebelum kick-off babak pertama dimulai.

DSP yang ditandatangani oleh kedua pelatih dan manajer tim serta Match Commisioner itu  sudah menjadi nama final dan tak bisa diubah lagi.

Seperti dalam perebutan juara ketiga Liga 2 2017 di Stadion Gelora Bandung Lautan Api, Bandung, 28 November 2017. PT Liga Indonesia Baru (LIB) sebagai operator kompetisi memastikan penunjukan wasit yang akan memimpin ditetapkan pada satu jam sebelum pertandingan. Keputusan itu dibuat untuk mencegah dari hal non teknis

Mekanisme penunjukan wasit, kata Chief Operation Officer PT LIB, Tigor Shalom Boboy, dilakukan melalui beberapa tahap. Ada sekitar 28 wasit yang ditetapkan PSSI untuk bertugas di babak 8 besar hingga final, kemudian mengerucut ke 6 nama dan akhirnya diputuskan.

Dalam final memperebutkan tempat ketiga Liga 2 2018, kejanggalan yang terjadi diunggah oleh seorang netizen dengan akun @randytanaya di akun Twitternya. Ternyata wasit yang memimpin pertandingan awalnya tidak diketahui asal usulnya.

dari @randytanaya
dari @randytanaya
Namun, dari tangkapan layar kaca akhirnya diketahui wasit itu adalah Novari Ikhsan Arilaha. Lebih aneh lagi, nama Ikhsan yang asal Jakarta itu bahkan tak masuk sebagai wasit cadangan yang tertulis dalam DSP.

Ikhsan bukan wajah baru bagi klub-klub, yang sayangnya kariernya banyak memiliki catatan kontroversial. Beberapa klub dan pelatih sudah lama mengeluhkan kepemimpinannya.

Semen Padang misalnya pernah meradang dalam laga terakhir babak delapan besar Grup K ISL 2014. Kinerja Ikhsan dalam pertandingan yang berakhir imbang 2-2 itu dianggap di bawah standar. Hasil tersebut membuat 'Kabau Sirah' gagal lolos ke semifinal, sementara 'Singo Edan' ke empat besar dengan status runner up.

Di Liga 1 2018 juga meruak kekecewaan dari pelatih Persela Lamongan, Aji Santoso atas kepemimpinan Ikhsan saat memimpin laga di di Stadion Kapten I Wayan Dipta, Gianyar, 11 September 2018. Laga berakhir 3-2 untuk kemenangan tuan rumah, Bali United. Aji Santoso menilai sang wasit tidak fair, merusak kerja keras timnya.

tangkapan layar Liga 2
tangkapan layar Liga 2
Ikhsan sendiri pernah dicoret dalam Piala Jenderal Sudirman yang berlangsung Desember 2015. Saat itu, bersama empat wasit lainnya Ikhsan dicoret karena dianggap bermasalah dan merusak citra turnamen.

PSSI sendiri di awal Agustus 2018 lalu pernah menyatakan akan melakukan perombakan Komite Wasit, Komite Disiplin dan Komite Banding.  Komite Wasit sendiri diketuai oleh Condro Kirono dengan Wakil Ketua  Juni Ardianto Rachman dan Anggota Purwanto, Nasrul Koto  dan Yesayas Leihitu. Perombakan itu hingga kini belum terjadi, begitu juga di Komdis dan Komding.

Menguap?

Ajaibnya lagi, hingga kini PSSI lewat organnya yakni Komite Wasit belum memberikan penjelasan, dua minggu setelah usainya final Liga 2 2018. Apakah terjadi miskomunikasi dengan Match Commisioner saat itu? Jika itu alasannya, bukankah ada perangkat komunikasi yang memudahkan melakukan koordinasi?.

PT Liga Indonesia Baru pun belum bersuara atas kejadian, meski gawean kompetisi jadi tanggung jawabnya.

Menjadi pertanyaan besar, apakah pergantian mendadak seperti itu akan dibiarkan begitu saja?. Lalu apa makna taat aturan setelah DSP ditandatangani, apakah begitu saja seenak udelnya dilanggar oleh PSSI yang punya kuasa menugaskan wasit?.

Bukankah PSSI sendiri sering menyatakan tekadnya meningkatkan kualitas perwasitan. Seperti mengadakan berbagai kurus bagi wasit yang diadakan pada 9 hingga 12 November 2018 di Cikarang, Bekasi.

Kasus keterlibatan Hidayat, Exco PSSI yang berbuntut sanksi dari Komdis dan pengunduran dirinya seharusnya memberi pelajaran bagi PSSI untuk tidak bersikap defensif. Menaifkan segala reaksi berseliweran,  akan dilupakan, berlalu dihembus angin sepoi-poi.

PSSI semestinya lebih aktif melakukan perbaikan citranya yang terus merosot, sebagian karena sikap dan pernyataan Ketua Umum-nya yang rangkap jabatan dan sering kontroversial. 

Tak bisa lagi bereaksi atas kejadian yang diributkan netizen dan penggemar sepakbola nasional. Harus ada langkah-langkah strategis, serta cepat di rentang sisa waktu kepengurusannya yang akan berakhir pada 2020 mendatang.

Masyarakat akan mendukung jika PSSI mau bersikap terbuka akan langkah-langkahnya memajukan sepakbola nasional. Wartawan pun akan "baik" tanpa disuruh jika diberikan latar belakang segala langkah itu.

Tinggal bagaimana PSSI sendiri menjadi lebih baik, tidak ikut-ikutan pusing karena banyak yang dipikirkan seperti Ketua Umum-nya. Jika Ketua Umum berani menampar suporter PSMS Medang yang dianggap mengganggu pertandingan, masa PSSI-nya sendiri tak berani menampar organnya sendiri yang mendatangkan wasit gaib?. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun