Mohon tunggu...
Johanna Ririmasse
Johanna Ririmasse Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

L.N.F

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Arti Sebuah Kata Maaf

21 Juli 2016   20:05 Diperbarui: 21 Juli 2016   20:10 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pesan masuk dari Pak Rojali, masih tersimpan ditelepon selular ibu Imah. Singkat, dan jelas. "Ose sudah bertemu dengan dia?! Ose mau apa, sekarang?! Beta akan datang ke rumah dokter Kristo. Beta mau bicara dengan ose." Ibu Imah menaruh telepon selularnya, dan berkata kepada ibu Shinta. "Sebenarnya, usie. Beta sudah siap bercerai dengan Rojali. Beta tidak mau dipoligami oleh Rojali. Mungkin, ini jalan yang terbaik. Supaya, beta punya status jadi jelas. Beta tidak mau penuhi pikiran dan perasaan, untuk menangis setiap saat dan bertanya. Rojali ada bikin apa dengan perempuan selingkuhannya." Air mata  menetes begitu saja, merebak dipipi ibu Imah. Namun, sekali ini. Ibu Shinta memilih, untuk mendengar curahan hati ibu Imah. "Beta tidak mau menyusahi pikiran sendiri, dan membuat perasaan beta menderita sendiri. Semoga Allah saja yang memberi kekuatan bagi beta, untuk menjalani hidup bersama anak-anak. Meski, tanpa Rojali."

Ibu Shinta membiarkan ibu Imah, menangis dibahunya. Lama, tersedu-sedu. Sehingga, ibu Shinta pun ikut menetes air mata. "Usie, mau dengar beta?!"

Ibu Imah, mengangkat kepala dan menatap ibu Shinta. "Apa itu, usie?!"

"Nanti, bicara baik-baik dengan bung Rojali. Dan, diakhir pembicaraan usie dan bung Rojali. Apapun keputusannya, bahkan jika perpisahan adalah keputusannya. Tolong, usie berikan tanda perpisahan yang terbaik bagi bung Rojali. Sehingga, bung Rojali tidak dapat melupakannya."

"Apa itu, usie Shinta?!"

"Usie Imah yang paling tahu, dan kenal bung Rojali selama ini. Usie Imah pasti tahu, apa yang paling disukai bung Rojali."

Suasana tenang, seketika. Adakah sesuatu hal yang paling disukai, dapat membatalkan sebuah perpisahan. Atau, sekedar membuat sebuah akhir yang indah diujung pertemuan. Entalah. Bumi dan langit begitu jauh jaraknya, meskipun dapat saling memandang. Seperti, ada diantara kita pernah melihat atau mengalami sendiri. Ketika pernikahan terjadi, ditengah perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga pun dapat terjadi perselingkuhan. Sebab itu, kita tak pernah menyangkal betapa berartinya sebuah kata maaf. Seperti, betapa berartinya sebuah kata kasih. Sayang. Cinta. Secara, horisontal maupun vertikal.

***

Anak-anak baru saja menyelesaikan pekerjaan rumah. Nona, Mia, Berty dan John berpamitan kepada keluarga Samuel. Nona tertawa dan menggoda Fauziah, berkejaran sebentar di teras rumah. Pak Kristo bertanya kepada Mia, tentang pengobatan fisioterapi papa Anis. Mia menjelaskan, sejak mengikuti pengobatan fisioterapi. Papa Anis sudah mulai berjalan cukup jauh, dan cukup lama. Namun, kaki papa Anis cepat lelah dan tiba-tiba menekuk. 

"Iya, Nona. Latihan berjalan setelah penyembuhan tulang yang patah atau retak, adalah sebuah proses." Pak Kristo, berkata kepada Mia. "Apakah papa juga minum susu, yang mengandung kalsium untuk tulang?!"

"Susu apa itu, papa Kristo?!"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun