Mohon tunggu...
Johanna Ririmasse
Johanna Ririmasse Mohon Tunggu... Wiraswasta - Menulis

L.N.F

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Arti Sebuah Kata Maaf

21 Juli 2016   20:05 Diperbarui: 21 Juli 2016   20:10 296
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bel pulang sekolah telah berbunyi. Nona langsung pamit dari sahabat-sahabatnya, setelah doa dan ucapan selamat siang untuk pak Niko. Nona berjalan tergesa-gesa, kadang berlari diatas trotoar. Tak terasa, kakinya sudah tiba di rumah. Nona mencari Sherly di kamar, dan mendapati Sherly sedang bermain diatas tempat tidur. Tangan Sherly melepaskan kartu bergambar Frozen, dan menatap Nona yang sedang mengatakan sebuah ide kepadanya. 

"Augh! Beta tidak mau menggunting rambut." Sherly, mengusap rambutnya yang keribo. "Biar rambut beta keribo, tapi bisa dikuncir. Juga, bisa berayun kalau digoyang-goyang."

Nona, tersenyum gemes bercampul kesal. Adik perempuannya, belum mengerti idenya. Nona sudah memahami permasalahan orang tuanya. Spertinya, mama Bata kurang percaya diri dan selalu cemburu kepada papa Fredrick. Maka, Nona mencoba mencari solusi untuk menolong orang tuanya. Yaitu, mengajak mama Bata menggunting rambut. Dan, Sherly mempunyai jurus jitu agar mama Bata menurut. "Ose harus gunting rambut juga, sedikit saja. Ose gunting poni, kah?! Atau, potong ujung rambut sedikit saja. Terus, ose minta mama gunting rambut juga!"

Kartu bergambar Marsha And Bear, terjatuh diatas tempat tidur. Sherly, menggulung-gulung kuncir rambutnya. "Mama menggunting rambut, jadi mama punya rambut baru. Penampilan mama jadi berubah. Begitu, kah?!"

"Yup!" Nona, menganggukan kepalanya. "Papa akan memperhatikan mama, sedikit memuji..., banyak pun tak mengapa. Bukankah, suami-isteri juga memerlukan hal tersebut." Nona, mengangkat bahunya. "Kemudian, mama akan percaya diri. Ose mengerti, kan?!"

Sherly, menggelengkan kepalanya. "Percaya diri itu apa, kakak Nona?!"

"Percaya diri itu, bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepada kita. Termasuk, kelebihan dan kekurangan kita." Nona, tersenyum menatap adiknya , yang masih menatapnya. Saatnya, menggoda adiknya. "Contohnya, seperti ini. Coba ose berdiri!"

Sherly, menurut. Nona menaruh sebuah buku diatas kepala Sherly. "Sekarang, ose berjalan. Bahu tetap tegap, serta tetap menatap lurus kedepan. Awas! Bukunya tidak boleh jatuh!"

Sherly berjalan perlahan dengan buku tetap diatas kepalanya, berusaha keras agar buku tidak terjatuh. Terdengar, suara Sherly yang bertanya. Apakah ini contoh latihan percaya diri. Apakah mama Bata juga harus berlatih percaya diri, seperti ini. Nona, hanya tertawa renyah mendengarnya.

***

"Pokoknya, usie Imah harus tetap sabar. Saat, usie Imah bertemu dengan bung Rojali nanti." Ibu Shinta, mengelus bahu ibu Imah. "Usie Imah sudah berani bertemu dengan perempuan, selingkuhan bung Rojali. Usie Imah juga harus menerima kenyataan. Jika, sekarang. Bung Rojali yang ingin bertemu dengan usie Imah."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun