Beruntung aku merasa cocok dengan model pangkasnya. Setiap bulan aku pun berlangganan pangkas dengannya. Setiap bulan pula aku menjadi pendengar setia kisah-kisah hidup yang diceritakan tukang pangkas itu. Sementara aku seolah bernostagia dengan Uwak. Kini Uwak sudah pensiun dan tinggal di kampung. Kesibukan dan kesulitan ekonomi karena resesi pasca krisis moneter membuatku tak bisa pulang kampung, tak sanggup mengunjungi Uwak dan orangtuaku. Tetapi di Padangsidempuan ada sosok Uwak yang menjelma sebagai tukang pangkas rambut, sedikit banyak telah mengobati rasa rindu pada kampung halaman.
#salam.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!