Beruntung aku merasa cocok dengan model pangkasnya. Setiap bulan aku pun berlangganan pangkas dengannya. Setiap bulan pula aku menjadi pendengar setia kisah-kisah hidup yang diceritakan tukang pangkas itu. Sementara aku seolah bernostagia dengan Uwak. Kini Uwak sudah pensiun dan tinggal di kampung. Kesibukan dan kesulitan ekonomi karena resesi pasca krisis moneter membuatku tak bisa pulang kampung, tak sanggup mengunjungi Uwak dan orangtuaku. Tetapi di Padangsidempuan ada sosok Uwak yang menjelma sebagai tukang pangkas rambut, sedikit banyak telah mengobati rasa rindu pada kampung halaman.
#salam.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H