Mohon tunggu...
Johani Sutardi
Johani Sutardi Mohon Tunggu... Freelancer - Pensiunan Bankir Tinggal di Bandung

Hidup adalah bagaimana bisa memberi manfaat kepada yang lain

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Bioskop Misbar, Penonton Larut dalam Dialog dan Cerita Film

3 Februari 2020   19:33 Diperbarui: 26 Februari 2020   07:10 208
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam itu apa pun peran sosial yang dipegang sehari-harinya, pedagang pasar desa, buruh tani, tukang kayu, pengantar surat, muadzin di langgar, tukang kredit, tukang sol sepatu keliling atau apa pun, semuanya jadi sutradara. Mereka semua mengarahkan pemain film. 

Lebih-lebih "jagoan" filmnya bukan saja diarahkan, bahkan selalu dilindungi. Bila sedang mencari penjahat, maka semua persembunyian penjahat dibongkarnya, bila "jagoan" nyaris terlukai oleh penjahat, semua penonton menasehatinya agar "berhati-hati" supaya tidak lengah. 

Bila "jagoan" itu berlaku tidak seperti dikehendaki penonton -karena mengikuti arahan sutradara sesuai skenario, penonton marah. Semua penonton menyumpah-nyumpahi, dibilang bandel.

Film yang diputar bercerita tentang sebuah perampokan di kota tua. Aksi kejar-kejaran antara gerombolan perampok dengan sekelompok polisi sangat seru. Dua kelompok itu sama-sama menggunakan sepeda motor. Suara mesin sepeda motor meraung-raung, sahut-sahutan. Tepuk tangan gemuruh pun menggelora di bioskop tak beratap itu. 

Dalam akhir cerita film itu tokoh utamanya mati terbunuh. Orang-orang yang menonton merasa kecewa dibuatnya, mereka marah kepada petugas operator yang bertugas memutar film. Beberapa bahkan memukul-mukul dinding gedung bioskop dengan sendal jepit, papan bangku bioskop yang semplak atau dengan tinjunya sehingga menimbulkan bunyi "brang-breng-brong" sangat bising.

"Kalau setiap malam satu orang bintang film terbunuh, habislah mereka lama-lama. Memang gampang menjadi bintang felem itu, Carmin!" Ratiyem yang sehari-harinya berjualan uceng -bunga melinjo, di pasar desa memarahi Carmin--operator bioskop.

"Minggu ngarep mah, bioskopnya marian bae jeh!" celoteh ibu-ibu setengah tua.

Dipikirnya tukang operator bioskop itu berkonspirasi dalam membuat skenario.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun