Mohon tunggu...
Johanes Marno Nigha
Johanes Marno Nigha Mohon Tunggu... Dosen - Pembelajar

Sedang Senang Menulis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Lopo Om Erik: Dari Imajinasi Menuju yang Politis

6 November 2023   12:56 Diperbarui: 6 November 2023   13:12 165
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Salah satu yang menarik adalah tentang diskografi musik di kepala kami masing-masing. Lopo menjadi semacam cara kami berinteraksi membangun rasa pengalaman dan berbagi catatan pengetahuan tentang musik.

Di Lopo om Erik dan mama Amora seluruh catatan pengalaman mendengar musik akan dibagi dalam format lagu yang dinyanyikan.

Om Hendro akan dikenal dengan musik-musik Rock lawas seperti Queen saat ia mulai bernyanyi. Pak Alex dan Istri akan dikenal dengan lagu-lagu lawas semacam Broery Marantika, Dewi Yul, Bee Gees, Percy Sledge serta tembang-tembang kenangan yang hits pada masa mereka. Om Erik dan mama Amora akan lekat dengan lagu-lagu Portu semisal Michael Telo, juga lagu nostalgia awal sembilan puluhan. Om Willy dengan lagu-lagu khas manggarai semisal lagu-lagu Ivan Nestorman yang mendayu-dayu namun berkharakter. Saya sendiri mencoba lagu-lagu masa kini di Timur seperti Wizz Baker, Justin Aldrin dan Toton Caribo.

Kami saling memetakan dan kemudian saling belajar memasuki ruang pengalaman lewat bantuan pengetahuan lagu di kepala kami. Pertemuan-pertemuan selanjutnya adalah bernyanyi bersama diselingi dengan cerita tentang lagu tertentu yang menandakan situasi tertentu.

Biasanya kami akan mulai rutinitas di Lopo dari siang hingga malam hari pada hari Sabtu atau Minggu. Bergantung dari undangan dan sikon kegiatan. Tidak setiap Minggu, kadang sebulan bahkan dua atau tiga bulan sekali.

Siang itu seusai masak, saya dikabari bahwa mama Amora sang empunya tuan rumah berulang tahun. Imajinasi di kepala tentang Lopo langsung membayangi dan memasuki pikiran saya. Bercerita tentang Lopo adalah memberi catatan tentang situs yang tumbuh organik di masyarakat.

Om Erik membangun dan masyarakat Blok perumahan memberi penanda tentang kapasita pengetahuan. Sesuatu yang politis sekaligus imajiner. Jika yang politis adalah sebesar-besarnya kepentingan bersama, maka Lopo Om Erik adalah tentang membangun basis imajinasi demi kepentingan bersama.

 Lopo om Erik adalah sebuah basis bangunan visi politis yang organik tentang ruang healing bersama, ruang nyaman sekaligus ruang saling mendukung di antara warga. Sesuatu yang agak sulit ditemukan dalam konteks masyarakat individu sekaligus kapitalistik masa ini. Selamat ulang tahun mama Amora, panjang umur serta mulia, semakin disayang om Erik dan anak-anak.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun