Sebuah percakapan idealnya berdenyut dalam sebuah ritme saling memberi dan menerima. Pikiran kita yang mengembara terkadang membawa memori atau asosiasi yang bisa menggerakkan komunikasi.Â
Tetapi pikiran yang mengembara terlalu jauh menjadi distraksi atau ansietas, dan hubungan di antara orang-orang bisa menjadi bercampur-aduk.
Percakapan satu lawan satu yang baik, seperti pertandingan tenis, bergantian di antara ujung-ujungnya. Satu partisipan beralih dari mode memperhatikan ke mode berbicara dan kembali lagi, dan di dalam percakapan ada aliran keterlibatan yang berkelanjutan.
Kurangnya perhatian di satu sisi bisa menyebabkan aliran percakapan goyang atau goyah jika bagian percakapan itu terpotong dari sambungannya.
Ansietas pada salah satu atau kedua partisipan juga bisa menginterupsi aliran percakapan dengan menyebabkan seorang individu mengarahkan perhatiannya terhadap keraguan batin ketimbang ke arah luar, yaitu ke mitra percakapannya.
Keterampilan dan Empati
Kita sering berbicara tentang percakapan sebagai sebuah keterampilan, dan dalam banyak hal memang demikian.
Tentu saja, itu akan menjadi lebih baik dengan latihan, karena frasa yang Anda gunakan untuk menggabungkan gagasan-gagasan Anda lebih mudah datang kepada Anda.
Dengarkan seorang politisi ulung yang diwawancarai di TV atau radio: anyaman kata-katanya yang mulus sebagian besar disebabkan oleh kepercayaan diri, mungkin sejumlah pelatihan dalam presentasi diri, tetapi di atas semua itu, latihan.
Namun, menganggap percakapan sebagai sebuah latihan keterampilan berarti meremehkan salah satu hal paling berharga yang kita miliki, yaitu hubungan kita dengan orang lain.
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!