Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Antibodi Bertindak seperti Vaksin Malaria Jangka Pendek

3 September 2021   12:32 Diperbarui: 3 September 2021   13:17 224
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Walaupun RTS,S belum menerima persetujuan regulasi, 3 negara Afrika menjadi bagian dari program percontohan yang telah memberikan kesempatan untuk lebih dari 600.000 anak. 

Wardemann mengatakan bahwa kajian di masa depan dengan monoklonal seperti yang digunakan oleh Seder bisa membantu para peneliti vaksin untuk mengidentifikasi bagian CSP yang merangsang bahkan secara lebih efektif, atau dengan respon imun yang lebih tahan lama.

Seder berharap monoklonal suatu hari nanti bisa melengkapi vaksin di daerah yang memiliki beban penyakit yang tinggi. Antibodi mungkin terbukti sangat membantu untuk anak-anak, karena mereka tidak punya waktu untuk mengembangkan banyak imunitas alami, dan untuk wanita hamil, yang berada pada peningkatan risiko penyakit parah dari infeksi P. falciparum.

Akan tetapi, W. Ripley Ballou, yang bekerja di Inisiatif Vaksin AIDS Internasional (International AIDS Vaccine Initiative) dan merintis pengembangan RTS,S, mencatat bahwa pembuatan monoklonal pada dosis yang digunakan dalam penelitian Seder akan menelan biaya lebih dari $100 untuk 1 orang dengan berat badan 50 kg, terlalu mahal untuk sebagian besar negara yang menderita malaria.

"Ini adalah bukti konsep yang bagus, tetapi belum siap sebagai sebuah intervensi," katanya. Seder setuju. Timnya sedang mengembangkan antibodi monoklonal yang lebih kuat, yang direncanakan akan diuji tahun depan dalam uji klinis di Mali, dan dia mengantisipasi peningkatan lebih lanjut.

"Misalkan antibodi saya lebih 90 persen efektif selama 6 bulan dengan satu suntikan subkutan," kata Seder. "Apakah itu sebuah sarana yang bisa digunakan oleh sebuah negara untuk mengeliminasi malaria?"

"Mungkin," kata Wardemann, "jika ditambah kelambu, obat-obatan, dan vaksin. Tidak ada tindakan tunggal yang berhasil sejauh ini, dan antibodi bisa paling membantu."

Kepustakaan
1. Cohen, Jon, Antibody Acts Like Short-term Malaria Vaccine, Science, Vol. 373, Issue 6558, 27 August 2021, hlm. 843.
2. Diary Johan Japardi.
3. Berbagai sumber daring.

Jonggol, 3 September 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun