Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Mari Menyambut Rekanda Kita, Ricky Hamanay, Sang Penulis Sains

27 Agustus 2021   12:58 Diperbarui: 27 Agustus 2021   17:15 462
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Tulisan dan penulis sains. Sumber: https://www.thoughtco.com/science-writing-1691928

Ricky Hamanay a.k.a. Yuditya Hamdani Hamanay adalah rekanda Kompasianer kita, pendatang baru yang walau baru menayangkan sedikit artikel, namum sudah menarik perhatian saya, mengapa?

Ricky secara konsisten menulis segala seluk-beluk sains, terutama mekanika klasik maupun mekanika kuantum (cabang-cabang fisika), dengan gaya menulis yang sangat membumi dan seminimal mungkin mencatumkan rumus-rumus. Di tengah keadaan saat ini, tulisan Ricky bisa membuat ketertarikan semakin banyak orang untuk membaca, bagaikan membaca cerpen, ringan, santai, namun menambah wawasan saintifik.

Gaya penulisan Ricky ini pernah digunakan oleh Yakov Isidorovich Perelman (1882-1942), penulis sains Rusia dan Soviet dengan banyak karya sains populer. Saya mengacu ke salah sebuah buku karya Perelman, Physics for Entertainment (terjemahan A. Shkarovsky dari bahasa Rusia ke bahasa Inggris) yang pertama kali diterbitkan pada 1936 oleh Foreign Language Publishing House, Moscow (85 tahun yang lalu) untuk menulis artikel-artikel saya dalam tema Fisika untuk Hiburan, yang sampai sekarang sudah mencapai 88 artikel, artikel ke-88 lihat: Fisika untuk Hiburan 88 (Panas): Mengapa Pemukaan Es Lincir?

Ricky dengan rendah hati mencantumkan "Penulis sains amatir" dalam profilnya di Kompasiana, namun sepengamatan saya, Ricky adalah seorang penulis sains yang serius dan profesional (setidaknya menjadi makin profesional). Ini tentu dilandasi oleh kegemaran Ricky akan sains, yang mengingatkan saya akan diri saya berdasawarsa-dasawarsa yang lalu, ketika saya masih seenergik Ricky.

Ketertiban dan keakuratan dalam penulisan bahasa Indonesia juga saya acungi jempol, sebuah indikasi dari seorang pembaca yang tertib yang sedang mengkomplementasi pembacaan dengan penulisan.

Ini terlihat dari komentar Ricky atas sebuah artikel saya:
Halo pak, artikel ini sudah saya baca sebelumnya, makanya setelah baca saya juga jadi mau publish tulisan saya tentang Maxwell. Saya sudah berulang kali menulis soal Maxwell tapi publish di FB saya dulu-dulunya, terutama pas ulang tahunnya Maxwell, karena ulang tahun kami sama. Termasuk juga Thomas Young dan Luis Walter Alvares, yang lahir pada 13 Juni.

Saya merasa senang dan bangga dengan Ricky, karena:
1. Memiliki kesamaan dengan saya dalam menghargai jasa-jasa para ilmuwan yang sudah banyak berkorban, jiwa dan raga, untuk memastikan kehidupan umat manusia semakin baik, dalam hal ini, eyang James Clerk Maxwell.

2. Terdorong dengan sendirinya untuk secara entusiastik menulis tentang Maxwell dari perspektif yang berbeda, yang jelas memperkaya artikel saya.

3. Memperhatikan rincian bahkan sampai ke hari ulang tahun Ricky yang persis sama dengan beberapa ilmuwan itu. Semoga antusiasme dan konsistensi Ricky bisa menyamai atau setidaknya mendekati para ilmuwan yang hebat-hebat itu.

4. Gigih untuk terus berimprovisasi agar tulisannya menjangkau lebih banyak pembaca, antara lain dengan mengamati platform-platform media digital yang ada dan memilih, misalnya, Kompasiana, sebagai kanal untuk menayangkan tulisannya, dan bersualah saya dengan Ricky, versi saya yang lebih muda, di sini.

Dalam komentar Ricky yang lain:
Sama-sama pak. Terima kasih sudah berinteraksi dengan saya, karena awalnya saya merasa kayak sendirian di Kompasiana tulis artikel beginian.

Saya ingin memberikan beberapa himbauan untuk Ricky:

1. Sama-sama Ricky, pertemuan kita yang sama-sama menggemari sains adalah sebuah takdir Ilahi yang sangat luarbiasa. Belajar tidak memandang usia, asal dalam menyebarkan pengetahuan, kita tetap berpedoman pada moralitas. Almarhum seorang dosen saya, pak Apt. Drs. E.T.B. Tambunan, MSc. pernah mengatakan bahwa seseorang yang berilmu pengetahuan tetapi tidak bermoral adalah orang yang melacurkan diri dengan ilmu pengetahuannya itu.

2. Ricky tidak sendirian, dan mudah-mudahan Kompasiana akan dimeriahkan oleh semakin banyak penulis sains.

3. Pendekatan yang Ricky lakukan dalam menulis sudah akurat, sebisa mungkin tidak melibatkan rumus-rumus, apalagi yang rumit-rumit. Itu bisa diperoleh para pembaca melalui berbagai kepustakaan akademik.

Jadilah teruslah menambahkan jumlah artikel sains agar mengedukasi semakin banyak orang. Saya lihat bahwa dampak positif yang bisa ditimbulkan antara lain:
1. Para pembaca dengan latar belakang edukasi saintifik, kalau bersedia, bisa menyegarkan kembali ingatan mereka akan materi yang pernah mereka pelajari di masa lalu, yang bagi sebagian orang, yang menyukai sains, bisa membangkitkan nostalgia indah.

2. Para pembelajar sains yang selama ini menjadikan sains sebagai "momok," juga kalau bersedia, bisa menyingkirkan momok itu dengan memulai membaca karya sains populer dan pada gilirannya semakin bergairah membaca karya sains akademik.

3. Penyebaran gagasan yang baik bisa dipandang serupa dengan energi, memiliki konservasi (kekekalan) yang bisa kita definisikan menjadi sebuah hukum lain:
Hukum kekekalan gagasan menyatakan bahwa gagasan itu tidak bisa diciptakan (hanya bisa diabsorpsi dari Yang Mahakuasa maupun para pendahulu kita) maupun dimusnahkan (dengan mengkonservasi gagasan itu dalam bentuk digital, selama medianya masih ada).

Teruslah menulis dengan baik, hal-hal lain yang trivial tidak usah dipikirkan, karena sebaik-baik manusia adalah yang mendatangkan manfaat bagi orang lain.

Mengenai cara mencantumkan tautan ke kepustakaan yang kita gunakan, Ricky bisa melihatnya dari artikel saya sebelumnya: Nilai Rasa dalam Kata Ganti untuk Benda, dan Etika Digital.

Selamat berkarya literasi saintifik digital.

Jonggol, 27 Agustus 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun