Dalam komentar Ricky yang lain:
Sama-sama pak. Terima kasih sudah berinteraksi dengan saya, karena awalnya saya merasa kayak sendirian di Kompasiana tulis artikel beginian.
Saya ingin memberikan beberapa himbauan untuk Ricky:
1. Sama-sama Ricky, pertemuan kita yang sama-sama menggemari sains adalah sebuah takdir Ilahi yang sangat luarbiasa. Belajar tidak memandang usia, asal dalam menyebarkan pengetahuan, kita tetap berpedoman pada moralitas. Almarhum seorang dosen saya, pak Apt. Drs. E.T.B. Tambunan, MSc. pernah mengatakan bahwa seseorang yang berilmu pengetahuan tetapi tidak bermoral adalah orang yang melacurkan diri dengan ilmu pengetahuannya itu.
2. Ricky tidak sendirian, dan mudah-mudahan Kompasiana akan dimeriahkan oleh semakin banyak penulis sains.
3. Pendekatan yang Ricky lakukan dalam menulis sudah akurat, sebisa mungkin tidak melibatkan rumus-rumus, apalagi yang rumit-rumit. Itu bisa diperoleh para pembaca melalui berbagai kepustakaan akademik.
Jadilah teruslah menambahkan jumlah artikel sains agar mengedukasi semakin banyak orang. Saya lihat bahwa dampak positif yang bisa ditimbulkan antara lain:
1. Para pembaca dengan latar belakang edukasi saintifik, kalau bersedia, bisa menyegarkan kembali ingatan mereka akan materi yang pernah mereka pelajari di masa lalu, yang bagi sebagian orang, yang menyukai sains, bisa membangkitkan nostalgia indah.
2. Para pembelajar sains yang selama ini menjadikan sains sebagai "momok," juga kalau bersedia, bisa menyingkirkan momok itu dengan memulai membaca karya sains populer dan pada gilirannya semakin bergairah membaca karya sains akademik.
3. Penyebaran gagasan yang baik bisa dipandang serupa dengan energi, memiliki konservasi (kekekalan) yang bisa kita definisikan menjadi sebuah hukum lain:
Hukum kekekalan gagasan menyatakan bahwa gagasan itu tidak bisa diciptakan (hanya bisa diabsorpsi dari Yang Mahakuasa maupun para pendahulu kita) maupun dimusnahkan (dengan mengkonservasi gagasan itu dalam bentuk digital, selama medianya masih ada).
Teruslah menulis dengan baik, hal-hal lain yang trivial tidak usah dipikirkan, karena sebaik-baik manusia adalah yang mendatangkan manfaat bagi orang lain.
Mengenai cara mencantumkan tautan ke kepustakaan yang kita gunakan, Ricky bisa melihatnya dari artikel saya sebelumnya: Nilai Rasa dalam Kata Ganti untuk Benda, dan Etika Digital.
Selamat berkarya literasi saintifik digital.
Jonggol, 27 Agustus 2021
Johan Japardi