Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Nilai Rasa dalam Kata Ganti untuk Benda, dan Etika Digital

27 Agustus 2021   11:38 Diperbarui: 27 Agustus 2021   11:57 641
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tapi apa yang para pembaca rasakan jika melihat:
Innovation practice (praktik inovasi) diterjemahkan menjadi: pembekalan pola pikir inovasi?

Bukankah "praktik" jelas berbeda dengan "pembekalan pola pikir"?

Ini jelas-jelas adalah sebuah kebohongan publik yang immoral. Bagaimana jadinya dunia literasi kita jika terjemahan bobrok seperti ini dijadikan acuan oleh orang lain untuk menulis juga? Kebohongan pun akan menyebar dengan cepat melalui jaringan digital, sebuah penyebaran yang jauh lebih mengerikan ketimbang dari mulut ke mulut.

Literasi dan Etika Digital

Sekali lagi, saya menghimbau para rekanda sekalian untuk berliterasi digital dengan menjunjung tinggi etika digital: Literasi dan Etika Digital: Yuk Mencantumkan Kepustakaan Secara Jujur dan Akurat, dan meneladani gagasan Ruang Berbagi: Menulis dan Saling Mendidik: Jalan Kebaikan Mengisi Kemerdekaan (bukan membohongi pembaca), karena sesungguhnya moralitas itu tidak bisa ditawar-tawar: Moralitas? Bisa Ditawar-tawar atau Tidak?

Mari lebih waspada dalam membaca sebuah tulisan yang bisa jadi dinilai berkualitas namun sarat dengan immoralitas.

Terkait pencantuman kepustakaan, untuk menghargai penulis asli yang gagasannya kita kutip, buatlah tautan yang lengkap dan jelas. Saya yakin kita juga tidak mau tulisan kita disalahgunakan oleh para pembohong dengan segala kecurangan mereka.

Kadang-kadang kita memang tidak bisa menghindari adanya tautan yang tidak bisa dibuka karena berbagai alasan (server yang sedang bermasalah, tulisan sudah dihapus dari server, dll), tapi teruslahtautan membuat tautan yang jelas. Ini mudah asal kita mau.

Kebiasaan saya selama menulis di Kompiasana adalah memblok teks yang akan dibuat tautannya, lalu klik Ctrl+U (garis bawah), Ctrl+K (menyisipkan tautan yang diketikkan atau ditempelkan setelah dipotong/paste after cut), dan Ctrl+V (buka di Tab baru).

Jonggol, 27 Agustus 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun