Dengan memahami mana yang mungkin dan mana yang mustahil, lahirlah peribahasa Jawa: Nrimo/Nerimo/Narimo ing  pandum. Nrimo bermakna menerima, sedangkan pandum pemberian.Â
Jadi Nrimo ing pandum memiliki arti menerima segala pemberian apa adanya tanpa menuntut (mengharapkan kemustahilan), karena: Banyak pun kurang, sedikit pun cukup, tergantung bagaimana kita menyikapinya. Kata "menerima" pada peribahasa ini adalah dalam konteks tetap berusaha, karena hanya menerima dengan mengharapkan pemberian tanpa mengeluarkan usaha itu sendiri adalah sebuah kemustahilan.
Peribahasa Karo:
Ngarapken gestung api bas lau (Mengharapkan api marak di dalam air), sebuah kemustahilan yang dengan jelas digambarkan dengan dua benda yang kontras satu sama lain, mustahil untuk disatukan.
Beberapa peribahasa China:
1. Yi ge ba zhang pai bu xiang (Satu telapak tangan tidak bisa bertepuk).
2. Yi zhi jiao buneng zhan zai liang tiao chuanshang (Satu kaki tidak bisa berdiri di atas dua perahu).
3. Meiyou zhen you liang ge jian dian (Tidak ada sebatang jarum yang memiliki dua ujung yang runcing).
Beberapa peribahasa Inggris:
1. The difficult is done at once, the impossible takes a little longer (Yang sulit dilakukan sekarang juga, yang mustahil membutuhkan waktu lebih lama).
2. Squeezing water from a stone (Memeras air dari sebuah batu).
3. Sebuah lagu Eagles berjudul: When Hell freezes over (and it will be a cold day in Hell)Â ((Ketika neraka membeku (dan itu akan menjadi hari yang dingin di Neraka)). Â
4. When our grindstone comes into blossom (Ketika batu asah kami mekar/berbunga).
5. No man can serve two masters (Tidak ada orang yang bisa melayani dua tuan atau: Tidak mungkin mengikuti perintah dari dua sumber).
6. An old dog will learn no tricks (Seekor anjing tua tidak akan belajar trik, atau: Mustahil mengubah kebiasaan atau sifat orang).
7. The die is cast (Cetakan sudah dicor, atau: Keputusan telah dibuat dan mustahil untuk mengubahnya).