Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Pengalaman

11 Juni 2021   12:55 Diperbarui: 11 Juni 2021   13:32 2262
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Buku-buku Peribahasa dan Pantun.

Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Pengalaman ini juga hanya sekelumit yang bisa saya sampaikan dari begitu banyak peribahasa yang ada.

Belum Berpengalaman dan Sudah Berpengalaman
Ada satu warna, satu kata, yang digunakan dalam peribahasa berbagai bahasa untuk menyebutkan seseorang yang belum berpengalaman, yaitu: hijau. Contoh: Dia masih hijau dalam tulis menulis. Ini bisa dipahami karena hijau adalah warna buah yang belum matang.

Dalam bahasa Mandarin, ini juga disebut: Wushan tou kaimen, Orang yang belum melihat wajah dunia (Orang yang belum berpengalaman).

Makan asam garam (Sudah berpengalaman dalam hidup). Dalam bahasa lisan, saya pernah mendengar varian peribahasa ini dalam gaya hiperbolik dan hanya menggunakan kata "garam,"  tapi dibandingkan dengan "nasi":  "Jangan kau sok mengajari pak tua itu, garam yang beliau makan sudah lebih banyak daripada nasi yang kau makan," atau "Jembatan yang beliau lalui sudah lebih panjang daripada jalan yang kau jalani."

Air beriak tanda tak dalam (Orang yang banyak bicara biasanya tak banyak ilmunya). Untuk orang yang belum cukup berpengalaman tapi sok tahu ini, ada peringatan dari peribahasa: Kalau kail panjang sejengkal, jangan laut hendak diduga (Kalau belum mempunyai banyak ilmu pengetahuan /pengalaman jangan dicoba berlawanan dengan orang yang pandai).

Sebaliknya, Air tenang menghanyutkan (Orang yang kelihatannya pendiam, namun ternyata banyak menyimpan ilmu pengetahuan dalam pikirannya).

Namun, sepandai-pandainya seseorang, jangan sampai merasa hebat, karena: Di atas langit masih ada langit (ketika kita merasa hebat atau pandai, jangan lupa bahwa masih ada orang lain yang lebih hebat atau lebih pandai dari kita).

Dalam bahasa Inggris ada peribahasa: The older a person gets, the blurrier his vision becomes, but the more clearly he sees human nature (Semakin tua seseorang, semakin kabur penglihatannya, tetapi semakin jelas dia melihat watak manusia).

Yang kita katakan: Pengalaman adalah guru yang terbaik, telah dikatakan oleh Julius Caesar, 21 abad yang lalu: Ut est rerum omnium magister usus (Pengalaman adalah guru dari semua hal).

Penghormatan kepada orangtua, sejalan dengan mikul dhuwur mendhem jero, dalam bahasa Mandarin disebut dalam peribahasa:
Quzhi laocheng jizi ke xiangyi (Jika menghormati orang-orang tua yang berpengalaman, dalam kebingungan Anda bisa mengandalkan mereka).

Jika orang yang belum berpengalaman eling lan waspada, maka dia tidak akan: Seperti katak hendak menjadi lembu (Memimpikan sesuatu yang tidak mungkin) dan sadar bahwa dia masih harus banyak belajar dan menambah pengalamannya. Ini saya tuangkan dalam sebuah syair dalam artikel saya: Memasuk-akalkan Makna "Puak Labu":
Angan-angannya macam katak hendak menjadi lembu.
Kelakuannya macam buah puak hendak menjadi buah labu
.

Pentingnya pengetahuan yang mendampingi pengalaman diucapkan oleh Immanuel Kant: Experience without theory is blind, but theory without experience is mere intellectual play (Pengalaman tanpa teori itu buta, tetapi teori tanpa pengalaman itu permainan intelektual semata). Saya mencontohkan hal ini dengan korek api gas dalam artikel: Hargai Diri Sendiri Lebih Dulu.

Pete Seeger mengatakan: Do you know the difference between education and experience? Education is when you read the fine print; experience is what you get when you don't (Apakah Anda tahu perbedaan antara pendidikan dan pengalaman? Pendidikan adalah ketika Anda membaca buku cetak; pengalaman adalah apa yang Anda dapatkan ketika Anda tidak sedang membaca buku itu). Ini tampak terkait dengan peribahasa Minang: Alam takambang jadi guru.

Proses Pencapaian Pengalaman dan Pengetahuan
Berguru kepalang ajar, bagai bunga kembang tak jadi (Menuntut ilmu hendaknya sepenuh hati dan tidak tanggung-tanggung agar mencapai hasil yang baik).

Berakit-rakit ke hulu berenang-renang ke tepian, bersakit-sakit dahulu bersenang-senang kemudian (Pekerjaan yang walaupun terasa berat, namun dapat menghasilkan hasil yang baik di kemudian hari).

Pengetahuan dan juga pengalaman seseorang bisa diperoleh dengan:  Jauh berjalan banyak dilihat, lama hidup banyak dirasa, dalam bahasa Denmark: Den de rejser meget vet meget (Orang yang sering bepergian tahu banyak).

Dalam beberapa bahasa juga terdapat peribahasa, hiperbolik juga: Ketimbang membaca banyak buku atau belajar bertahun-tahun, lebih baik berguru sehari kepada seorang master (ahli).

Walau sudah mencapai pengalaman dan pengetahuan, entah dia sadari atau tidak, seseorang tidak terlepas dari: Sepandai-pandai tupai melompat, sekali waktu jatuh juga (Sepandai-pandainya manusia, suatu saat pasti pernah melakukan kesalahan juga).

Bagaikan abu di atas tanggul (Orang yang sedang berada pada kedudukan yang sulit dan mudah jatuh).

Karena, sesungguhnya: Untung tak dapat diraih, malang tak dapat ditolak (Kehidupan di depan kita adalah rahasia Tuhan Yang Mahakuasa, untung maupun malang sering datang tiba-tiba tanpa disangka).

Peranan Masing-masing Orang dengan Pengalaman yang Berbeda-beda
Ada semboyan pendidikan dari Ki Hajar Dewantara: Ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani (Di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, di belakang memberikan dorongan) yang aplikasinya jelas menunjukkan peranan dari masing-masing orang dengan pengalaman yang berbeda-beda.

Dan, orang yang pensiun pun, akhirnya, seperti kata peribahasa Manado: So kase lapas tangang (Menyerahkan tanggungjawab kepada yang lebih muda).

Demikian Peribahasa dalam Beberapa Bahasa tentang Pengalaman, semoga bermanfaat.

Jonggol, 11 Juni 2021

Johan Japardi

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun