Mohon tunggu...
Johan Japardi
Johan Japardi Mohon Tunggu... Penerjemah - Penerjemah, epikur, saintis, pemerhati bahasa, poliglot, pengelana, dsb.

Lulus S1 Farmasi FMIPA USU 1994, Apoteker USU 1995, sudah menerbitkan 3 buku terjemahan (semuanya via Gramedia): Power of Positive Doing, Road to a Happier Marriage, dan Mitos dan Legenda China.

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Membuka Jalan Anak Mengasah Minat Baca

24 Mei 2021   04:41 Diperbarui: 24 Mei 2021   06:48 203
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: iprice.co.id

Membaca Komik Gratis Selama Berjam-jam

Artikel ini akan banyak saya kaitkan dengan artikel-artikel saya sebelumnya, yang kali ini saya berikan berupa nomor referensi dan melampirkan tautan dan kutipan terkaitnya (jika diperlukan) di bawah artikel. Dengan demikian, Anda yang belum membaca artikel-artikel itu tidak usah membukanya satu per satu dan cukup membaca kutipan tersebut.

Seorang anak muda berjalan ribuan kilometer untuk mendapatkan pembelajaran dari Socrates. Guru yang sangat terkenal itu mengajak si anak muda ke sebuah sungai, menyuruhnya turun, lalu membenamkan kepalanya ke dalam air. Walau anak muda itu menggeliat keras, kepalanya tetap ditahan ke bawah. Setelah beberapa lama Socrates baru menarik dia keluar dari air dalam keadaan megap-megap.

"Anda adalah seorang yang penuh kearifan," protes anak muda itu dengan marah, "Mengapa Anda memperlakukanku begitu buruk?"

"Ketika kau berada di bawah air," tanya Socrates, "apa hal yang paling kau inginkan melebihi segala sesuatu yang lain?

"Udara!"

Socrates, "Jika sebesar itulah keinginanmu mendapatkan pembelajaran, kau tidak perlu meminta seseorang untuk memberikannya kepadamu. Kau akan mendapatkannya sendiri di mana pun dan kapan pun."

Kisah inilah yang menginspirasi saya untuk mengaplikasikan metode parenting kepada anak-anak (1), dimana orangtua memiliki fungsi 3-in-1: orangtua, guru dan sahabat, dengan guru dalam pengertian memberi arahan atau menunjukkan jalan. Jadi saya hanya memberikan sedikit instruksi di mana perlu, dan si anak yang lebih banyak mengambil inisiatif.

Anda bisa menuntun seekor kuda ke tepi sungai, namun tidak bisa memaksanya minum air, walau kuda itu haus dan air sungainya jernih.

Demikian jugalah minat baca anak. Saya tidak berada di dalam pikiran dia, jadi bukankah sebaiknya membiarkan dia sendiri yang mengambil inisiatif untuk membangun minat itu? Cara yang saya katakan adalah membelikan anak buku sebanyak-banyaknya (2).

Jadinya, anak saya, Putri, perlahan-lahan memiliki sebuah perpustakaan pribadi sendiri. Tentu saja, perpustakaan itu, sebagaimana halnya perpustakaan pribadi saya, dimulai dengan sedikit buku (3).

Perpustakaan ini bisa terwujud bukan dengan mudah, dan sudah melewati masa-masa pengiritan dan penabungan, dan penetapan prioritas yang sangat cermat.  Hal yang membuat saya senang karena saya berhasil melepaskan diri dari pola hidup boros yang pernah saya jalani, yang jauh lebih tidak penting ketimbang membeli buku, antara lain: kalau membeli pakaian harus yang new arrival, sering makan di restoran, nonton, dll.

Manusia adalah makhluk kebiasaan, namun kebiasaan itu bisa diubah.

Dengan berjalannya waktu, Putri telah memiliki kegemaran membaca buku-buku apa saja yang ada di perpustakaannya, dan saya juga jadi lebih selektif dalam membelikan buku buat dia, yang sekarang disesuaikan dengan minatnya. 

Jika kegemarannya akan buku-buku karya penulis A misalnya, menurun, itu bukan masalah, karena mungkin dia telah menemukan penulis lain yang lebih digemarinya. 

Saya juga begitu kok. Ini bisa dilihat dari, berkat informasi daring dan diskusi dengan teman-temanya yang mengikuti trend, Putri mulai membaca karya Risa Saraswati berupa resensi, lalu minta dibelikan Marianne, dan sekarang Putri sudah memiliki 16 judul, 15 yang terakhir saya borong dari Gramedia Cileungsi (4).

Biarlah dia membaca satu per satu buku ini dan menemukan buku mana yang paling menarik baginya.

Jika seseorang menemukan sebuah buku yang sangat menarik baginya, matanya tidak akan terlepas dari buku itu. Dia akan terus membaca sampai halaman terakhir. Hati-hati: Jangan sampai lupa makan atau mengganggu jam istirahat, apalagi kegiatan lain yang lebih penting, misalnya membaca buku pembelajaran dari sekolah.

Saya katakan bahwa sampai sekarang saya sendiri masih menyukai buku cetak dan sudah menyampaikan sebagian alasan saya (5). Alasan lain adalah tiap buku cetak punya ciri khas tersendiri, warnanya, layout dan desain grafisnya, ukurannya, tebalnya, dll. Pembedaan semua ciri ini juga tidak bisa kita lihat dari ebook.

Minat baca memang penting, namun juga ketersediaan buku-buku yang dimiliki sendiri, yang dimungkinkan dengan adanya buku-buku baru, buku-buku berdiskon atau bahkan obral, buku-buku bekas, dan ebook. 

Saya prihatin sekaligus salut pada minat baca anak-anak yang bahkan membaca buku atau komik (yang segelnya sudah dibuka) di toko tanpa membelinya, sampai-sampai mereka dicap sebagai "anak geng buku" dan dikatakan sebagai hal yang tidak patut ditiru.

Ke mana lagi anak-anak ini harus membaca? Bagi mereka buku itu mahal dan kalau pun mereka mampu membeli sebuah buku, belum tentu bukunya berbobot, buku terbaru tersedia ya di toko buku, bukan perpustakaan umum atau laman e-book gratis, dan kita belum seperti India yang walau minat bacanya juga semakin menurun, tapi menyediakan buku-buku baru dengan harga yang lebih terjangkau, dengan pemilihan bahan baku yang lebih murah misalnya.

Dibutuhkan pemikiran bersama dari para pemerhati untuk meningkatkan minat baca generasi muda. Saya lihat masalahnya bukan pada ketersediaan bahan bacaan. Justru bahan bacaan sangat berlimpah, tapi fokus anak-anak lebih ke hal-hal trivial, yang singkat-singkat tapi menguras waktunya tanpa memberikan dampak "peningkatan pikiran." Anda tahu apa yang saya maksudkan.

Referensi:
1. Parenting a la Johan Japardi.
Dalam kapasitas anak sebagai pribadi yang independen, arahkan dia untuk mandiri mengambil INISIATIF, dan dalam kapasitas yang dependen baru kita berikan INSTRUKSI.

2. Minat Baca Anak, Optimistik Pangkal Kompeten.
Apa tidak boros? Tidak, kalau kita bisa melihat bahwa nilai dari buku bagus jauh lebih tinggi dari nilai nominal uang untuk membeli buku itu. Terlebih lagi, isi buku yang berhasil dipindahkan oleh si anak dengan mantap ke dalam pikirannya jauh lebih bernilai lagi. Apa yang bisa diamalkan oleh si anak dengan pikirannya yang sudah meningkat itu untuk membantu temannya, itulah yang memiliki nilai tertinggi.

3. Perpustakaan Pribadi Anak, Kenapa Tidak?
Dalam hidup kita selalu mengejar banyak hal, yang dimulai dengan yang memang kita butuhkan, tapi selanjutnya termasuk apa yang kita inginkan, yang tak ada habis-habisnya. Satu hal yang sangat melegakan, sama seperti kakek saya yang mewariskan semua bukunya untuk generasi berikutnya, demikian pula dengan "harta" saya itu.

4. Kekagetan Kecil di Gramedia Cileungsi.

5. Coba-coba Menyelami Puisi Ali Musri Syam: Buku, Nasibmu Kini.
...sebuah buku itu sangat tebal dibanding buku lain, dengan menunjuk langsung ke buku cetak.

Jonggol, 24 Mei 2021

Johan Japardi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun