Mohon tunggu...
Ipung Jogjangler
Ipung Jogjangler Mohon Tunggu... Wiraswasta - Fasilitator ketangguhan bencana dan pengurangan risiko bencana berbasis masyarakat

menikmati hidup dan merayakan cinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kidung Ibuku

10 November 2023   07:52 Diperbarui: 10 November 2023   08:11 100
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Plak...plak...dan ibu menangis lirih. Bagiku selirih apapun tangis ibu terdengar terlalu keras di telingaku. Karena itu bertentangan dengan akalku saat itu; ibu selalu memintaku untuk tidak menangis sebab ia akan selalu ada di dekatku. Jadi kenapa sekarang malah ibu menangis?

Aku nekat menghampiri ibu. Ingin mengatakan hal sama kepadanya; "jangan menangis ibu, aku selalu ada di dekatmu." Romo menghentikan gerakan tangan kanannya saat aku keluar dari balik pintu.

"Kembali ke dalam!" Bentak romo sambil menuding ke arahku. Itu membuatku sangat ketakutan. Aku kembali ke balik pintu.

Dari celah sempit balik pintu aku mengintip ingin tahu. Kulihat tinju tangan kanan romo mengenai dagu ibu dan membuat kepalanya tersentak ke belakang membentur sandaran kursi, ikatan rambutnya terurai.

Seketika aku jongkok, kepalaku menunduk, kurasakan pipiku basah. Saat itu aku berkhayal seandainya saja badanku sudah sebesar romo,aku pasti sudah meloncat ke arah romo, menyekapnya dari belakang, mengunci kedua tangannya, lalu mematahkan lehernya.

Khayalanku pupus dan aku terus jongkok, menunduk. Kedua tanganku menutup telinga. Saat itu aku benar-benar tidak ingin mendengarkan suara apa pun. Ada suara lirih dari dalam kepalaku. Ya, itu suara ibu melantunkan Kidung Rumeksa Ing Wengi. Ibu selalu melantunkan tembang itu untukku setiap kali aku menangis atau menjelang tidur.

Ana kidung rumekso ing wengi

Teguh hayu luputa ing lara

Luputa bilahi kabeh

Jim setan datan purun

Paneluhan tan ana wani

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun