Pakde hanya diam mendengarkan cerita bapak-bapak yang sebaya dengannya.
"Jadi, sampean hanya menjual jahe panas saja?"
Pakde mengangguk dan sedikit tersenyum kepada laki-laki itu. Karena tersenyum lebarpun tidak ada yang tahu.
Hidung dan bibirnya tertutup masker sejak dia membuka lapaknya.
"Maksud saya begini...," lelaki itu diam sebentar sambil menatap Pakde dalam-dalam.
"Maaf, enaknya saya sapa apa? Dari tadi saya belum menanyakan nama Bapak."
"Pakde..."
"Sawid, Â Sawidi. Biasa orang-orang memanggil saya Sawid saja."
Lelaki itu sempat berdiri dan ingin menyalami Pakde. Lalu mengurungkan niatnya karena Pakde tetap duduk sambil menjura dengan kedua telapak tangannya saling bertemu di dadanya.
Lelaki itu baru sadar bahwa protokol kesehatan Covid-19 menganjurkan untuk tidak bersalaman.
"Seharusnya saya tidak minum jahe di sini ya, Pakde."
"Tidak apa-apa, Pak Sawid."
Lapak Pakde memang seharusnya tidak menerima pembeli untuk makan dan minum di tempat. Pakde hanya menyediakan satu kursi plastik tanpa senderan dengan tujuan si pembeli duduk sebentar saja.
"Saya terlalu asyik bicara."
"Tapi saya percaya, Pakde. Masa depan kita akan cemerlang. Kita tidak perlu impor minyak lagi, Pakde. Kita bisa kalahkan negara-negara tetangga. Tidak hanya di Asean, seluruh dunia, Pakde!!!," laki-laki itu semakin menggebu-gebu dan Pakde hanya mengangguk-angguk saja.
"Itu karena sawit. Bukan Sawid saya."
"Bukan Sawidi."
"Kelapa sawit, Pakde."
"Kita sudah bisa mengubah 100% kelapa sawit menjadi minyak!!!"
"Amerika saja belum mampu. Tetapi kita sudah bisa, Pakde"
"Hanya Indonesia yang mampu."
Raut muka laki-laki yang tertutup masker sekali pakai itu terlihat tegang dan penuh semangat.Â
Pakde menatap tajam laki-laki itu kemudian bertanya," Apa harga BBM nanti bisa turun?"
"Lho ya, pasti. Pasti itu, Pakde."
"Ini hanya soal waktu. Soal waktu, Pakde."
"Indonesia akan kembali disegani seperti ketika menyuarakan kemerdekaan adalah hak segala bangsa."
"Betapa kita menjadi rebutan Rusia dan Amerika, ketika kita menyatakan non blok."
Pakde seperti biasa kembali diam. Ingin rasanya mengambil gelas plastik minuman jahe yang tersisa sedikit kuatir tumpah bila tersenggol tangan Pak Sawidi.
Tiba-tiba Pakde melihat sosok perempuan berjalan cepat mendekat ke arah lapaknya. Perempuan itu sudah berada di belakang pak Sawidi yang sedang duduk. Lalu sedikit melongok melihat wajah Pak Sawidi.
"Ternyata Papa di lapak ini dari tadi? Mama cari di parkiran muter-muter tidak ketemu."
Walau tertutup masker, wajah perempuan itu terlihat kesal dan sedikit merengut karena lelah menjinjing satu kantung belanja agak berat.
"Mama sudah selesai belanjanya?" Pak Sawidi agak terkejut sambil tangannya menggapai kantung belanja dari tangan isterinya.
"Mama mau jahe hangat?," pak Sawidi menawarkan kepada isterinya. Tetapi perempuan itu menggeleng.
"Baik, Pak Sawidi. Jadi minuman jahe tadi berapa, Pakde?"
Pakde menyebut sejumlah ribuan dan mengembalikan dua lembar uang kertas dua ribuan kepada pak Sawidi.
"Kapan-kapan saya kembali lagi, Pakde".
"Siap, Pak Sawid."
"Ingat, Pakde. Tidak ada yang dapat menghentikan kita untuk memproduksi B-100!"
"Tidak ada yang dapat memaksa kita harus import BBM."
"Tidak....," belum selesai pak Sawidi bicara, isterinya sudah menarik tangannya untuk meninggalkan lapak Pakde. Pak Sawidi hanya mengangguk seperti ingin mengucapkan permisi kepada Pakde.
                                                                 Cerpen La Pade di kanal YouTube
Kembali lapak Pakde sepi. Hand sanitizer seperti tidak ada yang menyentuh.
Sambil merapihkan meja lapaknya dan membuang gelas plastik sisa minuman jahe  Pak Sawidi.
Tidak banyak dagangan yang ditampilkan Pakde. Hanya minuman jahe hangat di dalam termos. Dagangan lainnya hanya mengandalkan jaringan dapur tetangga sekitar lapak.
Perlengkapan yang disiapkan hanya gelas plastik dan tutupnya. Kemudian kantung, sendok dan garpu plastik.
Pandemi Covid-19 bisa menghentikan job kerja. Tetapi tidak untuk semangatnya Pakde. Tidak ada yang dapat menyetopnya. (Pondok Aren, 25 Juli 2020) Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H