Bila semua agama memiliki Tuhan yang sama, kenapa manusia malah berperang membunuh sesama untuk merebut hati Tuhan ? Apakah Tuhan yang disebut dengan nama sama oleh kedua agama itu adalah dua Tuhan yang berbeda ? Tuhan Si(Apa) pula yang disenangkan ketika perang atas nama-Nya dikobarkan ? Elang ingin tahu jawabannya. Jadi, dia memutuskan bertanya langsung pada Tuhan. Meski kematian adalah resikonya. Bukankah di koran duka cita bangsa manusia selalu tertera “Telah damai disisi-Nya.”
Dia heran kenapa manusia tidak berlomba-lomba kesana bila memang ada kedamaian disisi-Nya.
Sementara itu, Merpati terlihat optimis. Dia menempelkan jempol kakinya di layar sentuh I-pet. Aplikasi langsung terkirim.
“Kalau begitu, no time to waste.”
Elang segera melompat ke dalam Light X-1 Challenger, pesawat canggih invisible berkecepatan cahaya, anti gravitasi dan tanpa bahan bakar. Pesawat generasi pertama ini diciptakan oleh Profesor Penyu, lulusan terbaik dari The Universe of Science. Sebuah universitas bergengsi antar galaksi.
“Fasten your seat belt, dude. Kita berangkat sekarang.”
“Roger.”
Tidak sampai sedetik, pesawat mereka telah melesat keluar dari bumi dan memasuki lubang cacing.
Lubang cacing adalah sebuah jalan pintas melewati ruang dan waktu yang menghubungkan dua universe yang berbeda. Sehingga menghemat waktu perjalanan. Jika digambarkan melalui bidang datar seperti kertas yang dilipat, lubang cacing akan membengkokkan bidang tersebut sehingga menyerupai corong dan membuat kedua ujung akan saling bertemu.
Ketidakstabilan lubang cacing membuat Light X-1 Challenger mengalami guncangan hebat. Mesin tiba-tiba mati dan seluruh peralatan navigasi tidak berfungsi. Lampu alert system berbunyi memberi kode pesawat segera meledak.
“Now !”