Merpati dan Elang berdiri mematung. Ternyata mereka tidak sendirian. Paviliun itu dibanjiri jutaan pengunjung. Dan mereka adalah…
“Hai, kunjungan pertama ya. Perlu bantuan pemandu ?”sapa hantu wanita bergaun masa Victoria denganmotif flora di bagian bawah gaun yang khas ukiran abad ke-19. Lengan gaun dia dibuat menggembung, berkerah tinggi, serta kerut di bagian dada.
Elang menolak halus. Instingnya memperingati jangan pernah bicara dengan orang asing. Tepatnya pada hantu. Begitu pesan mama.
Hantu wanita itu cuek saja lalu ngeloyor pergi. Mencari arwah pengunjung lainnya.
Elang dan Merpati kemudian memilih berbaur dengan pengunjung yang berjalan dari satu paviliun ke paviliun lain. Mereka melewati paviliun penangkal setan yang memamerkan benda-benda yang dipakai manusia untuk mengusir setan. Ada bawang putih, salib, kitab suci, tasbih, rosario, peluru perak, garam kasar, belati dan kertas hu.
Disebelahnya ada paviliun ilmu sihir dan ilmu pelet. Tampak seorang profesor berpakaian putih lab dengan rambut keputihan agak botak sedang mendemokan teori hukum kolom untuk menetralisir pengaruh gaib. Puluhan hantu-hantu percobaan melayang di atas langit-langit paviliun mengirim energi pengganggu pada manusia melewati batas-batas dimensi tak kasat mata. Menurut profesor, para hantu berenergi negatif sehingga cara mudah menetralisir pengaruh gaib adalah dengan berbaring di tanah. Karena bumi memiliki energi negatif yang tak terhingga besarnya. Maka kedua gaya tersebut akan tolak menolak.
Malas mendengar kuliah profesor ain’t science, Elang dan Merpati menyeberang ke paviliun lain. Mereka lalu berhenti di paviliun (I), bangunan seluas 2.200 meter persegi dengan empat lantai. Pengunjung disuguhi pertunjukkan tarian dan musik elektrik, selain itu adu kekuatan antar setan yang menjadi daya tarik tersendiri. Gendruwo memamerkan kemampuan merubah wujud menjadi tinggi besar menjulang, besar dan penuh bulu. Tidak ketinggalan kuntilanak, leak, begu ganjang, ikut menebar pesona. Kecuali sundel bolong, wewe gombel, siluman, rangda dan jin. Mereka terlihat duduk bosan menunggu antrian beraksi.
Tiba-tiba paviliun itu dihebohkan teriakan salah satu pengunjung.
“Pencopet…!”
Monster bersurai singa dengan mata di belakang kepala itu kehilangan dompet, ternyata tuyul mengambil kesempatan dalam kesesakan jumlah pengunjung yang membludak. Sayangnya, tidak ada yang menolong dia. Mereka berpikir mungkin itu bagian dari atraksi. Bukankah itu keahlian tuyul ?
Elang dan Merpati meneruskan perjalanan. Mereka telah berjalan sangat jauh. Berkeliling mencari jalan keluar, tapi belum juga menemukan ujung ruang. Mereka bahkan tidak tahu sedang berada dimana