“Wow keren!” seru Merpati dibalik teropongnya.
“Coba liat arah jam 3, Elang.”
Elang lalu mengarahkan teropongnya yang juga bisa mendengar suara. Dia menyetel lensa fokus. Papan nama kios itu tertera dengan huruf tegas sehingga terlihat begitu besar dan mudah dibaca : KIOS ATHEIS.
“Great!”sahut Elang. Even Atheis juga punya kios di pasar agama ini. Luar biasa. Mereka ikut berdagang rupanya.”
Sesekali terdengar riuh suara penjual yang terus merayu, mengajak pengunjung singgah di kiosnya untuk membeli kebenaran. Sebagian membagi selebaran. Penjual lain menggunakan taktik lewat musik memabukkan sukma. Ada pula yang berkoar-koar dengan toah berteriak semangat : “Ajak 10 kawan, gratis satu tempat di surga. Buruan !”
“Ah, pikir-pikir dulu ya. Saya harus come and see sebelum membeli kebenaran dari anda”,ujar seorang pengunjung
“Halah, ngapain dipikir lagi. Tinggal yakini Nabi saya, anda pasti masuk surga,”garansi pemilik kios tersebut.
Kios disebelahnya tidak mau kalah. Dia juga ikut berpromosi. Melancarkan aksi propagandanya. Terus mengobral kebenaran kepada pengunjung tersebut. Bercerita panjang lebar tentang produk kebenaran. Macam-macam keuntungan plus bonus menggiurkan yang bisa didapatkan seumur hidup.
Pemilik kios di seberang yang lagi sepi pengunjung ikut nimbrung.
“Ayo ke kiosku saja,”rayu pemilik kios sambil menggandeng tangan pengunjung remaja memakai kaos katun hitam berkerah V dengan sablon tulisan Tuhan, Agamamu apa ?
“Mereka semua penjaja kebenaran palsu, cuma kiosku satu-satunya yang original. Lihat, saya memiliki sertifikasi langsung dari Tuhan. Di tambah garansi bebas neraka. Perjalanan ke surga tanpa hambatan. Layanan first class, no additional surcharge, no tax and get a lifetime membership. Pokoknya tanpa syarat apapun. Dijamin anda gak bakal rugi deh !”