Perubahan zaman ditandai pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi telah membawa berbagai akibat di antaranya terjadi peluberan informasi dalam lingkup global yang akan membawa implikasi sehingga perlu disikapi.
Peluberan informasi yang terus melanda terutama disebarluaskan melalui new media berbasis internet (online) menerpa hampir segala aktivitas manusia (pengguna) di muka bumi semakin tak terhitung, tak terhingga bahkan mampu menembus ruang dan waktu secara realtime.
Bukan tidak mungkin dalam suasana seperti sekarang, seiring difusi pesan (teks, gambar/video, dan sebagainya) yang terus menerpa hingga membanjir ke mana-mana berdampak lebih jauh atau kalau boleh disebut telah menyebabkan terjadinya "polusi informasi."
Dalam kondisi demikian (baca: era kebebasan) barang tentu yang perlu mendapat perhatian yaitu mereka yang menjadi sasaran atau mereka (khalayak) yang dicecar secara terus-menerus saban hari melalui terpaan maupun 'gempuran' informasi sehingga kepadanya layak dilindungi.
Layaknya perlindungan tersebut mengingat setiap informasi yang disebarluaskan belum tentu akurat berasal dari pihak yang bisa dipercaya. Terlebih yang disampaikan lewat media sosial (yang setiap orang/siapa saja boleh menebar pesan) sehingga cara mencari dalam artian memilah dan memilih informasi perlu dilakukan.
Bagi kalangan awam seringkali setiap sebaran pesan/informasi akan diterima atau dikonsumsi begitu saja. Seolah apa yang disampaikan oleh sumber pesan dianggap benar adanya, merupakan refleksi atas peristiwa/kejadian yang diberitakan.
Pada hal jika dicermati lebih jauh dan mendalam, bahwa proses komunikasi antara penyampai pesan (komunikator) dengan penerima pesan (komunikan) tidaklah sesederhana seperti sepintas kita bayangkan.
Banyak faktor dan aspek terkait di dalamnya -- sehingga memerlukan pemahaman tentang apa, mengapa dan bagaimana suatu pesan disampaikan (kepada kalangan luas). Saluran pesan (media yang digunakan) pun yang kini semakin beragam sesungguhnya punya karakter berbeda, masing-masing punya kelebihan dan kekurangan.
Belum lagi dilihat dari kandungan isi pesan yang telah dikemas sedemikian rupa oleh produsen sebagai sumber informasi yang tidak lepas dari subyektivitas kepentingan, termasuk target sasaran khalayaknya -- semakin mendorong kita untuk lebih teliti dan memahami pesan atau makna yang tersisip di dalamnya.
Pada tataran ini sesungguhnya kita sudah bisa memilih, mana informasi yang memiliki nilai tambah dan mana yang tidak. Informasi yang memiliki nilai tambah selanjutnya penulis sebut sebagai "informasi bergizi." Â
Secara umum yaitu informasi-informasi (segala bidang) yang bisa memberikan support terhadap kegiatan yang akan atau sedang kita lakukan.