Mohon tunggu...
Jason A. Mailangkay
Jason A. Mailangkay Mohon Tunggu... Penulis - A lonely heart meditates

the lonely heart forever contemplates on the love it missed before

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Lenyap

13 Oktober 2017   21:46 Diperbarui: 13 Oktober 2017   22:01 955
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kedua kakiku kuseret,  

menembus debu dan angin pelan, 

di depan nampak toko-toko kuno berderet, 

tanpa nyawa dan tanpa harapan 

 

Kesengsaraan jiwa yang melebihi batasku, 

suara kereta lewat menderu-deru, 

Jakarta dibawah malam kelam, 

malam kelam tanpa bintang 

Tanpa bintang dan tanpa dirinya, 

impian bahagia pun sirna, 

langkah pelanmu waktu itu menambah sengsara, 

selagi kau menghilang dari mata 

Kulewati sebuah gereja tua, 

gedung yang semua orang telah lupa, 

tak nampak satu pun nyawa, 

di dalam diriku pun tak ada 

Begitu banyak pertanyaan, 

Dimanakah kau, kasih? 

Sudahkah kau menemukan seseorang? 

Seorang pengganti untuk diriku ini? 

Pertanyaan yang menyiksa batin, 

memperlambat langkah tubuh lemah ini, 

ingin rasanya kuberbaring, 

di padang rumput denganmu disampingku 

Seperti setahun lalu, 

saat jam 2 pagi kau tak bisa tidur, 

lalu kita berbaring di padang rumput hijau, 

menatapi langit berbintang tak teratur 

Kini yang kutatap hanyalah objek tak bernyawa,

semuanya melangkah senada,

tak ada yang tertawa,

kecuali sepasang kekasih remaja

Menyodorkan kebahagiaan di hadapan jiwa-jiwa mati,

nyawa-nyawa yang tak begitu berarti,

terbawa arus malam hari,

terkenang kau di hati

Senyuman indahmu,

Rambut halusmu,

Bibir lembutmu,

Pelukan hangatmu

Semua telah lenyap,

diiringi kata-kata menyayat,

selagi kau dekap,

'Maafkan aku, kasih, tapi kisah cinta tak lagi dapat kita pahat'

Kepala ini kurasa berat,

saat kumasuki kereta terakhir,

tak ada makna tersirat,

kini jelas bagiku, kau bukanlah takdir

 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun