Mohon tunggu...
Jisa Afta
Jisa Afta Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Gemar menciptakan kata baru

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Kekeliruan Kategori Puisi di Sekolah dan Kampus

17 Oktober 2024   12:32 Diperbarui: 17 Oktober 2024   12:33 56
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Pembantaian Rawagede adalah peristiwa pembantaian penduduk Kampung Rawagede (sekarang terletak di Desa Balongsari, Rawamerta, Karawang), di antara Karawang dan Bekasi, oleh tentara Belanda pada tanggal 9 Desember 1947 sewaktu melancarkan agresi militer pertama. Sejumlah 431 penduduk menjadi korban pembantaian ini.

Ketika tentara Belanda menyerbu Bekasi, ribuan rakyat mengungsi ke arah Karawang. Pertempuran kemudian berkobar di daerah antara Karawang dan Bekasi, mengakibatkan jatuhnya ratusan korban jiwa dari kalangan sipil. Pada tanggal 4 Oktober 1948, tentara Belanda melancarkan pembersihan

Bila puisi adalah fiksi atau sebuah karangan tanpa landasan realitas sejarah,  maka ketika Chairil Anwar berpuisi tentang Karawang-Bekasi, ini berarti makna patriotik atau tema yang diangkat dalam Puisi Chairil Anwar itu, bukanlah sebuah nilai-nilai mendalam sebagai cuplikan peristiwa nyata yang harus dikenang. Karena Puisi adalah teks khayalan atau teks fiksi sesuai ajaran sekolah di kurikulum merdeka kita sampai detik ini (1 Juli 2024), maka kita tak perlu menganggap Karawang-Bekasi dan Kejadian Palestina sebagai peristiwa yang benar-benar nyata. Semua itu hanya kejadian yang tidak sebenarnya, berdasarkan khayalan seperti cerita fantasi. Inilah kekeliruan ketika memasukkan Puisi di dalam kategori teks Fiksi sebagaimana ajaran sekolah saat ini kepada pelajar.

Untuk menyegarkan ingatan kita, berikut adalah salah satu karya Chairil Anwar:

"Karawang Bekasi" -- Karya : Chairil Anwar

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi

tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi,

Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami,

terbayang kami maju dan mendegap hati?

Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi

Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun