"Oh."
Kami tiba di Stasiun Bekasi jam 9.20. Aku membantunya melompat turun dari kereta, tapi dia terus memegang tanganku hingga ke luar stasiun.
*
Ketika bertemu lagi keesokannya, dia langsung membawaku ke warung soto langganannya.
"Dua mangkuk, Pak De," katanya pada tukang soto.
"Siap!" sahut Pak De.
Rita melihatku dengan nakal dan berkata, "Kamu pasti sering olahraga ya?"
"Ya begitulah," jawabku. "Paling jogging, sit-up, push-up."
Dia bergeser merapat sehingga aku bisa merasakan nafasnya di telingaku, jemarinya menelusuri lenganku, berputar ke atas dan berhenti di atas otot bisep, lalu mencubitnya pelan, meninggalkan bekas merah muda.
"Maafkan aku," katanya, merasa bersalah. "Kamu mungkin menganggapku nakal. Kumohon jangan berpikir seperti itu. Aku tidak akan melakukan pekerjaan ini jika tidak terpaksa."
Aku meletakkan tanganku di atas tangannya lalu menggenggamnya erat. Tidak ada obrolan lagi setelah itu.