"Sabun cuci piring, deterjen, softener, pembersih oli. Apa saja yang bisa dijual."
"Sudah lama?"
"Lumayan lama."
Bobby terdiam sejenak, matanya memandang mobilnya yang sedang diservis. Rolex-nya berkilauan memantulkan cahaya matahari pagi. Kemudian ia minum sodanya lagi dan setelah itu melanjutkan,
"Kalau boleh tahu, berapa omsetnya?"
Sekarang gantian saya yang terdiam. Pertanyaan itu akhirnya datang juga.
"Dua juta," jawab saya.
"Dua juta per bulan? Ya ampun. Itu jauh di bawah standar UMR. Apalagi itu baru omset, bukan penghasilan bersih. Memang kamu bisa hidup dengan penghasilan segitu sebulan? Dengar ya. Kalau kamu mau, kamu bisa saja kerja sama aku. Kamu bisa jadi sopirku. Aku bisa gaji kamu 4.5 juta sebulan. Bersih. Atau, kamu bisa jadi tukang kebun di rumah ayahku sekalian bantu-bantu yang lainnya."
Saya sama sekali tidak tersinggung dengan ucapannya, tetapi dalam hal menolak kebaikannya, saya baru kali ini melakukannya.
"Per hari," kata saya, pelan.
"Apa?"