Mohon tunggu...
Ali
Ali Mohon Tunggu... Lainnya - Bekasi

Bekasi Bekasi Bekasi

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dua Juta Dolar

9 Januari 2022   07:45 Diperbarui: 9 Januari 2022   07:46 209
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Photo by Omar Flores on Unsplash 

Sebetulnya sudah hampir tiga bulan saya diet minum soda, tetapi saya merasa tidak enak kalau traktirannya tidak diminum.

"Sudah berapa lama?"

"Dua puluh tahun."

"Oh iya, dua puluh tahun. Nggak nyangka sudah selama itu. Sepertinya baru kemarin kita lulus. Kamu nggak datang ke reunian ya?"

Yang dimaksud Bobby reunian dua tahun lalu, di The Ritz-Carlton Jakarta. Saya dapat kabarnya dari Deden, yang datang ke reunian itu. Deden bilang mereka mengundang DJ terkenal, juga disediakan minuman beralkohol, sehingga lebih mirip pesta ketimbang reunian. "Mending nggak usah datang," kata Deden. Deden, yang nasibnya dulu sepertiku, miskin, lebih memilih memisahkan diri, duduk di pojokan bersama Rizky dan Mahdi. Ketiganya akhirnya memutuskan pulang sebelum acara selesai.

"Sayang banget kamu nggak datang. Memang sih undangannya pakai tiket, tapi kurasa tidak mahal-mahal amat. Kalau tahu kamu tidak datang karena masalah tiket, aku bisa bayari kamu kok."

Kemudian, ia membicarakan dirinya sendiri. Yang dilakukannya usai lulus SMA. Ia sempat dua tahun kuliah di UI sebelum pindah ke Universitas di Amerika, mengambil jurusan hukum, magang di firma ternama dan melanjutkan S2-nya di universitas yang sama. Ia menceritakan tentang pekerjaan paruh waktunya di McD, dan bangga bisa bayar sewa apartemennya dengan uangnya sendiri. Ia bersyukur, ayahnya yang bekerja di Pertamina pensiun beberapa bulan setelah ia lulus kuliah. Ia kemudian kembali ke Indonesia, membuka kafe bersama temannya di Bandung yang bubar setahun kemudian karena masalah internal. Ia tidak memberitahu yang dimaksud dengan masalah internal, padahal saya tertarik untuk mendengarnya. Setelah itu ia melamar ke berbagai perusahaan dan diterima di sebuah perusahaan investasi. Ia menyebut nama perusahaannya: XXX XXXX Investment. Yang katanya salah satu 100 Perusahaan Terbaik versi Forbes. Pekerjaannya menyiapkan surat-surat perjanjian, kontrak kerja atau sesuatu yang berkaitan dengan hukum. Tahun lalu, perusahaannya baru mengakuisisi perusahaan tambang batu bara Australia. Sekarang, ia sibuk menyiapkan surat-surat perjanjian untuk pembelian salah satu klub Liga Dua Inggris.

"Sabtu depan aku terbang ke London," katanya mengakhiri cerita dua puluh lima menitnya. "Jadi, sekarang kamu kerja di mana?"

Saya paling tidak suka ditanya masalah pekerjaan. Paling tidak hal itu akan merembet ke pertanyaan lain, seperti nama perusahaan, masalah gaji atau serikat kerja. Bukannya saya minder, tetapi pertanyaan itu sangat tidak perlu. Saya lebih nyaman ditanya tentang keluarga. Saya ragu Bobby tahu saya menikah dengan Juriah, teman satu kelas kami. Atau, bukankah akan jauh lebih baik bertukar kabar teman-teman yang lain?

"Aku dagang."

"Dagang apa?"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun