Semua ketakutan saat ini, tidak ada lagi yang berani untuk menyentuh atau dekat dengan Rina. Semua seketika memiliki spekulasi di kepala masing-masing. Apakah karena Rina menahan Tika.
"Kita sudah dekat, bertahan ya" Ucap Ina pelan pada Rina. Semua hanya berharap Rina tetap tenang tak bergeming seperti ini, tak ada yang sanggup untuk membayangkan jika Rina memberontak juga.
Benar, pick up itu kemudian melaju memasuki desa, suasananya sangat sepi. Keadaan sudah malam dan hujan sudah tidak sederas tadi.Â
Mereka sampai di posko, mereka yang didepan turun dan bingung melihat wajah teman temannya yang berantakan dan terlihat sangat takut. Â "Kalian ini benar-benar tidak mendengar teriakan kami hah?!" Ucap Juan keras saat mereka berbalik. Mereka bertiga hanya saling menatap kebingungan dan menggeleng.Â
"Panggil siapapun, orang dewasa, pak RT, teman kita butuh bantuan, dan kita ga tau caranya" Ucap Juan lelah
Mereka semua turun dari pick up dan menyisakan Tika dan Rina diatas. Seluruh teman-teman yang tersisa di posko berhamburan keluar ketika Andra masuk dan berteriak mengabari. Tidak lama, kemudian Iqbal kembali bersama Pak RT dan beberapa orang lainnya yang turut serta.Â
"Apakah kita perlu memanggil pendeta?" tanya Ina. "Tapi Tika Muslim" Jawab Uci
"Keduanya saja" Sahut Johan.Â
Dengan bantuan teman-teman lainnya, mereka memindahkan Tika dan Rina kedalam posko.
Setelah di letakan terbaring juga Rina masih dengan tatapan kosong, sedangkan Tika tertawa keras dan sesekali menujuk beberapa orang disana.Â
"Bagaimana kronologinya sampai bisa ada kesurupan begini?" Tanya Bu RT