Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Bisnis Milyaran di Balik Rumput Stadion Gelora Bung Karno

23 November 2024   13:28 Diperbarui: 23 November 2024   13:34 395
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ini bukan Stadion Gelora Bung Karno akan tetapi Stadion Wembley London. Biaya pemeliharaan tahunannya ternyata milyaran. (Foto The Telegraph)

Rumput Stadion Utama Gelora Bung Karno kembali mendapat kritikan karena kondisi buruk lapangannya yang bergelombang dan tidak rata. Terakhir kritikan itu muncul saat pertandingan Indonesia melawan Jepang, dan disusul timnas Garuda lawan Arab.

Kebetulan saja pada saat berlangsung pertandingan lawan Jepang (15.11.2024) maupun ketika timnas Garuda menjamu timnas Arab Saudi (19.11.2024) kondisinya sedang turun hujan deras. Basahnya lapangan semakin membuat kondisi rumput makin terasa bergelombang.

Kepada pers, Erick Thohir membenarkan ada komplain dari tim Jepang, dan keluhan itu sudah disampaikan pada pihak pengelola Gelora Bung Karno (GBK) agar terus memperbaiki kualitas rumput lapangan, yang sering menjadi gelaran pertandingan sepak bola bersejarah. Termasuk, juga ketika untuk pertama kalinya dalam 16 pertandingan, menang lawan salah satu tim terbaik Asia, Arab Saudi 2-0 di matchday keenam Grup C Babak Ketiga Asia Penyisihan Piala Dunia 2026 pekan lalu.

"Saya kan tidak memiliki GBK. Kita hanya menyewa. Kalau ke depan kita diberi hak untuk mengelola, ya kita senang saja. Tetapi kan tupoksinya (untuk memelihara dan memperbaiki lapangan) bukan pada kami," kata Menteri BUMN ini kepada pers.

"Bukannya kita cerewet. Karena kan saya rasa di GBK ini, sudah banyak bangsa kita mencetak sejarah luar biasa," kata Erick Thohir, yang pernah menjadi pemilik klub Italia, Inter Milan. Erick sempat menjadi pemilik saham mayoritas klub raksasa Italia tersebut pada rentang tahun 2013 hingga 2019. Ia juga pemegang saham mayoritas klub sepak bola AS, DC United pada 2012-2018.

Bisnis milyaran ada di balik pemeliharaan rumput lapangan stadion besar seperti Gelora Bung Karno, yang dibangun pada 8 Februari 1960 hingga selesai pada 21 Juli 1962. Pembangunan Stadion GBK dibiayai dengan dana bantuan Uni Soviet (kini tinggal Rusia dan negara-negara pecahan Soviet) mencapai 12,5 juta dollar atau senilai Rp 15,6 milyar sesuai kurs pada waktu itu.

Stadion Gelora Bung Karno khusus dibangun Soekarno semasa Presiden Pertama Republik Indonesia ini melaksanakan "politik mercusuar" di antaranya melalui olahraga. Di Gelora Bung Karno dan komplek olahraga sekitarnya ini kemudian digelar pesta olahraga Asian Games IV tahun 1962, diikuti 45 negara yang waktu itu hanya mempertandingkan 13 cabang olahraga.

Stadion sepak bola yang representatif, saat ini menjadi semacam kebutuhan untuk menggelar pertandingan-pertandingan sepak bola yang semakin mendunia. Stadion GBK pernah menjadi stadion dengan kapasitas terbesar di dunia, di samping Stadion Maracana di Brasil, dengan 125.000 penonton. Namun pada 2018, oleh Presiden Indonesia ketujuh Joko Widodo, direnovasi dengan kualitas standar internasional FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional) untuk kapasitas maksimum 60.000 penonton.

Biaya renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada tahun 2018 mencapai Rp 770 milyar dari total keseluruhan komplek olahraga GBK Senayan yang Rp 3,5 trilyun menjelang Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games ke-18 pada 18 Agustus hingga 2 September 2018. Tak hanya Jakarta, Palembang juga kebagian ikut menjadi tuan rumah pesta olahraga yang diikuti 45 negara Asia untuk 40 cabang olahraga ini.

Selain diganti rumputnya secara berkala, Stadion Wembley rumputnya juga
Selain diganti rumputnya secara berkala, Stadion Wembley rumputnya juga "didhangir" dan diratakan kembali dengan sekop-garpu. (Foto The Football Association)

Belum Seberapa Stadion Eropa

Biaya itu rupanya belum seberapa jika dibandingkan dengan biaya renovasi stadion Wembley -- stadion termegah dan terhijau rumputnya di dunia -- di London. Tahun 2018, menurut The Telegraph, biaya untuk pemeliharaan (maintenance) rumput Stadion Wembley saja selama sepuluh tahun ke depan, makan biaya sebesar 100 juta euro atau senilai Rp 1,632 triliun...

Stadion Wembley direnovasi terlebih dulu untuk final Piala FA (Football Association, Sepak Bola Inggris) antara Chelsea vs Portsmouth pada 15 Mei 2018 senilai 72 juta euro atau hampir Rp 1,2 triliun. Sejak 2007 sampai 2018, Stadion Wembley sudah 11 kali "didhangir" (Jw) memakai semacam sekop-garpu untuk memperbaiki rumput.

Biaya pemeliharannya justru lebih mahal. Selain secara berkala "didhangir" dan ditanam kembali rumput baru, diratakan permukaannya, diperbaiki drainase lapangan serta dihijaukan kembali rumput-rumputnya. Secara rutin lapangan rumput juga dipelihara, dipangkas sebelum dipakai pertandingan. Pemeliharaan rutinnya ini ternyata tidak murah, mencapai Rp 1,6 triliun lebih selama sepuluh tahun sejak 2018.

Semula renovasi dan juga pemeliharaan Stadion Wembley yang paling terkenal di seantero dunia ini, akan diambil alih oleh seorang pengusaha Amerika Serikat bernama Shahid Khan. Tetapi rupanya pengambil-alihan renovasi dan pemeliharaan ini dibatalkan lantaran tawaran Shahid Khan kelewat gila-gilaan. Khan menyodorkan biaya 600 juta euro hampir senilai Rp 10 triliun! Itupun Shahid Khan masih meminta bagian lagi 300 juta euro (hampir Rp 5 triliun) berupa bagi-hasil pemasukan stadion Wembley yang dikatakannya sebagai "bisnis hospitality"...

Tentang rencana "penjualan" Stadion Bersejarah Wembley ini akan diawasi oleh FA, "PSSI-nya Inggris". Semula, permukaan lapangan Wembley akan dipasang kembali antara tiga sampai lima kali dalam satu musim, selama 13 tahun ke depan oleh pengusaha Shahid Khan. Seiring tentunya, dengan rencana bisnia FA akan lapangan yang berkualitas paling tinggi di dunia ini.

FA sebenarnya sudah merencanakan membisniskan penggunaan Stadion Wembley sampai 2023. Tidak hanya untuk gelaran sepak bola Inggris dan Eropa, akan tetapi juga untuk pertunjukan non-sepak bola seperti konser pop demi membayar utang Stadion.

Rupanya pengalihan bisnis stadion seperti ini, menurut The Telegraph, merupakan praktik umum yang terjadi di Eropa. Seperti juga terjadi di stadion megah Eropa lainnya, Amsterdam Arena. Menurut perhitungan bisnisnya, apabila Amsterdam Arena dipakai untuk pergelaran konser musik yang menghasilkan keuntungan, semisal, 300.000 poundsterling atau senilai hampir Rp 6 milyar, maka senilai sepertiganya Rp 2 milyar untuk memperbaiki kembali rumput stadion.

Begitu seterusnya. Tetapi, rupanya rencana penjualan Stadion Wembley di London kepada pengusaha Amerika itu tidak jadi terwujud. Karena tawaran kelewat mahal. Sehingga Wembley pun kembali ke rutin semula, tetap dipelihara, diganti rumputnya, diratakan kembali, dengan biaya milyaran seperti sebelum-sebelumnya... *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun