Rumput Stadion Utama Gelora Bung Karno kembali mendapat kritikan karena kondisi buruk lapangannya yang bergelombang dan tidak rata. Terakhir kritikan itu muncul saat pertandingan Indonesia melawan Jepang, dan disusul timnas Garuda lawan Arab.
Kebetulan saja pada saat berlangsung pertandingan lawan Jepang (15.11.2024) maupun ketika timnas Garuda menjamu timnas Arab Saudi (19.11.2024) kondisinya sedang turun hujan deras. Basahnya lapangan semakin membuat kondisi rumput makin terasa bergelombang.
Kepada pers, Erick Thohir membenarkan ada komplain dari tim Jepang, dan keluhan itu sudah disampaikan pada pihak pengelola Gelora Bung Karno (GBK) agar terus memperbaiki kualitas rumput lapangan, yang sering menjadi gelaran pertandingan sepak bola bersejarah. Termasuk, juga ketika untuk pertama kalinya dalam 16 pertandingan, menang lawan salah satu tim terbaik Asia, Arab Saudi 2-0 di matchday keenam Grup C Babak Ketiga Asia Penyisihan Piala Dunia 2026 pekan lalu.
"Saya kan tidak memiliki GBK. Kita hanya menyewa. Kalau ke depan kita diberi hak untuk mengelola, ya kita senang saja. Tetapi kan tupoksinya (untuk memelihara dan memperbaiki lapangan) bukan pada kami," kata Menteri BUMN ini kepada pers.
"Bukannya kita cerewet. Karena kan saya rasa di GBK ini, sudah banyak bangsa kita mencetak sejarah luar biasa," kata Erick Thohir, yang pernah menjadi pemilik klub Italia, Inter Milan. Erick sempat menjadi pemilik saham mayoritas klub raksasa Italia tersebut pada rentang tahun 2013 hingga 2019. Ia juga pemegang saham mayoritas klub sepak bola AS, DC United pada 2012-2018.
Bisnis milyaran ada di balik pemeliharaan rumput lapangan stadion besar seperti Gelora Bung Karno, yang dibangun pada 8 Februari 1960 hingga selesai pada 21 Juli 1962. Pembangunan Stadion GBK dibiayai dengan dana bantuan Uni Soviet (kini tinggal Rusia dan negara-negara pecahan Soviet) mencapai 12,5 juta dollar atau senilai Rp 15,6 milyar sesuai kurs pada waktu itu.
Stadion Gelora Bung Karno khusus dibangun Soekarno semasa Presiden Pertama Republik Indonesia ini melaksanakan "politik mercusuar" di antaranya melalui olahraga. Di Gelora Bung Karno dan komplek olahraga sekitarnya ini kemudian digelar pesta olahraga Asian Games IV tahun 1962, diikuti 45 negara yang waktu itu hanya mempertandingkan 13 cabang olahraga.
Stadion sepak bola yang representatif, saat ini menjadi semacam kebutuhan untuk menggelar pertandingan-pertandingan sepak bola yang semakin mendunia. Stadion GBK pernah menjadi stadion dengan kapasitas terbesar di dunia, di samping Stadion Maracana di Brasil, dengan 125.000 penonton. Namun pada 2018, oleh Presiden Indonesia ketujuh Joko Widodo, direnovasi dengan kualitas standar internasional FIFA (Federasi Sepak Bola Internasional) untuk kapasitas maksimum 60.000 penonton.
Biaya renovasi Stadion Utama Gelora Bung Karno (GBK) pada tahun 2018 mencapai Rp 770 milyar dari total keseluruhan komplek olahraga GBK Senayan yang Rp 3,5 trilyun menjelang Indonesia menjadi tuan rumah penyelenggaraan Asian Games ke-18 pada 18 Agustus hingga 2 September 2018. Tak hanya Jakarta, Palembang juga kebagian ikut menjadi tuan rumah pesta olahraga yang diikuti 45 negara Asia untuk 40 cabang olahraga ini.