Sepp Blatter menganut sikap konservatif, menyangkut aturan eligibilitas dan naturalisasi pemain yang cukup ketat. FIFA di bawah Blatter cenderung mempertahankan prinsip bahwa pemain yang sudah mewakili satu negara di level senior tidak bisa bermain untuk negara lain.
Blatter sangat mendukung peraturan ketat ini untuk menjaga identitas nasional dan integritas kompetisi internasional. Di bawah kepemimpinannya, FIFA memperkenalkan beberapa aturan terkait, seperti yang diatur dalam FIFA Statutes mengenai pemain naturalisasi dan kebangsaan.
Secara keseluruhan, pandangan Sepp Blatter mengenai naturalisasi sangat cenderung menentang penggunaan naturalisasi sebagai alat untuk meningkatkan kekuatan tim nasional tanpa memperhatikan aspek-aspek kultural dan ikatan dengan negara.
Sementara Gianni Infantino yang sekarang ini menjadi orang nomor satu FIFA, justru longgar dalam soal eligibilitas ini, demi lebih mempopulerkan sepak bola lebih luas lagi ke negara-negara bukan sepak bola.
Bahkan mulai Piala Dunia 2026 mendatang, FIFA di bawah Gianni Infantino memperbanyak jumlah negara peserta babak Putaran Final Piala Dunia dari semula 64 timnas, menjadi 104. Sehingga di bawah format yang direvisi ini jumlah permainan yang dimainkan oleh finalis Piala Dunia akan bertambah dari tujuh menjadi delapan kali permainan.
Dan pokok-pokok peraturan yang membuat naturalisasi maupun alih kewarganegaraan dibuat lebih longgar di era Gianni Infantino, di antaranya:
Sebelum 2020, jika seorang pemain sudah bermain untuk timnas senior dalam pertandingan resmi, ia tidak bisa beralih ke timnas lain (Sepp Blatter).
Namun, revisi pada Pasal 9 memungkinkan pemain untuk beralih jika:
(1) Si pemain tidak bermain lebih dari tiga pertandingan kompetitif untuk tim nasional yang pertama,
(2) Pertandingan tersebut terjadi sebelum si pemain ulang tahun ke-21,
(3) Si pemain tidak pernah bermain di turnamen besar FIFA (seperti Piala Dunia atau Piala Eropa) untuk negara tersebut,