Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Bola Pilihan

Hujan Kritik Soal Naturalisasi Mengapa Baru Sekarang?

30 September 2024   11:38 Diperbarui: 30 September 2024   16:46 464
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Christian Gonzales pemain kelahiran Uruguay saat selebrasi gol untuk Timnas Indonesia. (Foto: ANTARA/Andika Wahyu via Grid.id)

Peter Gontha mengaku merasa malu ketika melihat Timnas Indonesia, yang di dalamnya terdapat sembilan pemain asing yang dinaturalisasi saat melawan Arab Saudi dan Australia. Menurutnya, Indonesia adalah bangsa yang besar. Malu, kata Peter Gontha, Indonesia diperkuat pemain-pemain naturalisasi.

Peter Gontha juga menyinggung status kewarganegaraan para pemain naturalisasi Timnas Indonesia yang diduga ganda. Setelah menjadi pemain timnas, mereka akan kembali memeluk kewarganegaraan Belanda.

Tak kurang pedas, kritikan akademisi dan pengamat politik Rocky Gerung, yang mengatakan bahwa proyek naturalisasi di tubuh timnas Indonesia itu "menimbulkan euforia semu karena mayoritas pemain yang tampil bukan hasil dari sistem pembibitan pemain muda lokal..,"

"Hari-hari ini kita mungkin melihat ada euforia dalam persepakbolaan kita. Tetapi, euforia itu membatalkan atau membuat kita lupa bahwa yang bermain di lapangan itu bukan grup yang kita idealkan karena yang sekarang disebut sebagai naturalisasi itu semacam penipuan terhadap sensasi," ujar dia dikutip dari kanal YouTube Rocky Gerung Official.

Kritikan-kritikan terhadap timnas itu bertolak belakang dengan mayoritas suara penggemar sepak bola Indonesia, yang terus "membela" Shin Tae-Yong, serta setuju upaya Erick Thohir untuk terus memperkuat timnas dengan pemain-pemain naturalisasi agar lolos untuk tujuan jangka pendek, lolos Kualifikasi Piala Dunia 2026 Amerika.

Kritikan itu tentunya juga tidak searus dengan antusiasme pemain-pemain naturalisasi itu sendiri. Terutama yang berdarah Indonesia-Belanda di Eropa -- bahkan tidak terbatas yang kelas pemula.

Akan tetapi juga pemain-pemain yang bermain di kompetisi elit Eropa seperti Seri A Italia, Jay Idzes, dan juga pemain-pemain lain dari Eredivisie Belanda, seperti Ragnar Oratmangoen, Nathan Tjoe-A-On, Thom Haye, Calvin Verdonk dan bahkan terakhir ini datang bergabung Mees Hilgers dan Eliano Reijnders...

Apakah melanggar Statuta?

Apakah yang dilakukan Indonesia, dalam hal ini Erick Thohir dan pelatih Shin Tae-Yong melanggar peraturan, atau statuta yang ditetapkan oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA)?

Ternyata tidak melanggar. Federasi Sepak Bola Dunia memang melakukan perubahan drastis sejak September 2020, ketika FIFA memperkenalkan revisi yang lebih fleksibel pada Pasal 7 regulasi tentang Eligibilitas Pemain Nasional. Utamanya tentang kelayakan pemain yang ingin beralih tim nasional setelah sebelumnya bermain untuk negara lain.

Dalam tubuh organisasi sepak bola dunia itu, memang terjadi perubahan signifikan dari era kepemimpinan Sepp Blatter (1998-2015) yang kemudian diganti Gianni Infantino (2016-sekarang) tentang eligibilitas pemain nasional ini. Bahkan boleh dibilang perubahannya sangat drastis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun