Belum lagi beruntun kasus kerusuhan pendukung sepak bola, yang sangat sering terjadi. Seperti bentrok pendukung antara Persija Jakarta dan Persib Bandung (Jakmania vs Viking), yang sering berakhir tragis. Salah satu insiden menyedihkan adalah kematian suporter Persija, Haringga Sirla, yang dikeroyok oleh suporter Persib pada 2018.
Belum lama ini sepak bola Indonesia juga diwarnai tragedi yang menelan banyak korban, kerusuhan di Stadion Kanjuruhan Malang (2022). Sebanyak 132 orang dikonfirmasi tewas setelah kerusuhan dan kena gas air mata, setelah pertandingan antara Arema FC lawan Persebaya....
Naturalisasi Menuai Kritikan
Carut marut di kalangan pemimpin teras sepak bola Indonesia dari sejak mundurnya Edy Rahmayadi yang dinilai tidak focus karena terpilih menjadi Gubernur Sumut, membuat PSSI menjalani Kongres Luar Biasa (KLB) yang digelar November (2019). Terpilih Mochamad Iriawan alias Iwan Bule yang memimpin PSSI (2019-2023) menggantikan Edy Rahmayadi.
Iwan Bule dinilai lamban menangani Tragedi Kanjuruhan yang menelan 132 korban jiwa, sehingga pada Februari 2023 lebih cepat dari jadwal seharusnya 2024, PSSI kembali menggelar Kongres Luar Biasa. Dan terpilihlah Erick Thohir Menteri BUMN sampai sekarang. Sementara Shin Tae-Yong terus memegang kendali pembinaan timnas Indonesia, dihadapkan pada keinginan besar publik sepak bola Indonesia agar bisa lolos Kualifikasi Piala Dunia 2026 di Amerika.
Shin Tae-Yong memegang timnas saat peringkat FIFA Indonesia masih 175 -- terburuk dalam sejarah. Setelah lima tahun, menanjak 46 tingkat menjadi kini peringkat 129 FIFA.
Salah satu kunci keberhasilan mendongkrak peringkat FIFA, harus diakui di antaranya dengan memasukkan pemain naturalisasi secara besar-besaran ke timnas Indonesia.
Menanjaknya prestasi timnas Indonesia karena proses naturalisasi ini memancing sorotan tajam. Membanjirnya pemain naturalisasi ke dalam timnas Indonesia dikhawatirkan menggerus rasa nasionalisme.
Terakhir adalah kritikan langsung dari Hifni Hasan anggota Komite Executive (Exco) KOI dalam sebuah penganugerahan olahraga di Jakarta pada Kamis (26.09.2024) lalu.
Kritikan Hifni Hasan ini kemudian dikoreksi, bahwa apa yang dilontarkan oleh pejabat Exco Komite Olimpiade Indonesia (KOI) itu adalah pernyataan pribadi, tidak mewakili KOI. Meskipun Hifni Hasan datang ke acara tersebut mewakili Komite Olimpiade Indonesia.
Kritikan terkeras datang sebelum Hifni Hasan. Mantan Dubes Indonesia di Polandia, Peter Gontha mengatakan dalam delapan poin tentang timnas Indonesia terkait naturalisasi. Delapan poin yang diungkapkan Peter Gontha salah satunya mengenai kecintaannya terhadap PSSI dan Indonesia.