Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Bola Artikel Utama

Dampak Aksi Pemukulan Wasit pada Sepak Bola PON

15 September 2024   14:08 Diperbarui: 15 September 2024   20:30 1184
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Rapor kelima (5) adalah Manajemen Liga yang buruk. Terjadi Dualisme Kompetisi (2011-2013). Pada periode 2011 hingga 2013, Indonesia sempat mengalami dualisme kompetisi sepak bola, yakni antara Liga Super Indonesia (LSI) dan Liga Prima Indonesia (LPI).

Dualisme ini muncul karena konflik internal di PSSI dan menyebabkan adanya dua liga yang berjalan secara bersamaan. Akibatnya, klub-klub terpecah, prestasi tim nasional menurun, dan terjadi kebingungan di antara suporter. Kondisi ini mencoreng kredibilitas liga domestik dan mengganggu perkembangan sepak bola nasional.

Rapor merah keenam (6) tentunya adalah saat Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) dijatuhi sanksi berupa pembekuan oleh Federasi Sepak Bola Internasional (FIFA) selama delapan tahun pada 30 Mei 2015. FIFA resmi mengumumkan pembekuan PSSI.

Alasan utama pembekuan ini adalah intervensi pemerintah Indonesia dalam urusan PSSI, yang dianggap melanggar statuta FIFA. Menurut FIFA, setiap asosiasi sepak bola nasional harus bebas dari campur tangan pihak ketiga, termasuk pemerintah. PSSI gagal mengatasi dualisme klub dan liga yang berjalan. Selain itu pemerintah Indonesia melalui Menteri Pemuda dan Olahraga juga terbukti melakukan intervensi terhadap tata kelola sepak bola Indonesia.

Angka Rapor Merah Ketujuh

Tambah lagi sekarang angka rapor merah ketujuh (7) pemukulan wasit oleh pemain sepak bola dalam sebuah kejuaraan resmi nasional, Pekan Olahraga Nasional di Stadion Dimurthala, Banda Aceh pada hari Sabtu (14/9/2024).

Karena menjadi viral tidak hanya di medsos Tiktok, Reels, Twitter dan Facebook saja, akan tetapi juga dalam tayangan-tayangan televisi nasional, maka bukan tak mungkin ini akan semakin mencoreng wajah sepak bola Indonesia yang muram.

Aksi pemukulan di lapangan sepak bola, tidak bisa dibenarkan dengan alasan apapun -- termasuk karena ketidak-adilan wasit pemimpin pertandingan. Bahkan di dunia sepak bola, pemukulan terhadap wasit maupun perkelahian antar pemain itu merupakan pelanggaran paling serius.

Sanksi berat tidak hanya mengancam ditimpakan pada pemain pelakunya, akan tetapi juga bisa pada timnya, dan dalam konteks PON -- daerah tempat tim bernaung di cabang sepak bola. Pemain bisa mendapat saksi cukup lama tidak boleh bermain sepak bola, bahkan bisa terjadi si pemain dapat larangan bermain seumur hidup.

Apakah wasit sebagai pengadil pertandingan lepas dari sanksi?

Ketidakbijakan wasit dalam mengeksekusi keputusan di lapangan, dan apabila terbukti terjadi "pengaturan kalah menang" di baliknya? Bukan tidak mungkin wasit pun harus ditindak tegas oleh Komisi Wasit ataupun PSSI. Bisa skorsing, dan kalau memang serius bisa pemecatan, bisa pula diparkir selama beberapa waktu tak boleh memimpin pertandingan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bola Selengkapnya
Lihat Bola Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun