Maksudnya, jika dalam empat kategori yang dilombakan: Klasik bertinatah, klasik tanpa tinatah, kontemporer (modern) bertinatah, kontemporer tak bertinatah sudah terpilih delapan terbaik -- masing-masing kategori dua terbaik, maka penjurian terakhir adalah sisi "isoteri" keris kamardikannya.
Itu sebabnya, penjurian pun dilakukan oleh lima juri, yang menyeleksi berdasarkan estetikanya. Dan terakhir baru penentuan oleh juri isoterinya. Kelima juri itu adalah Riyo Sesono Danumurti (novelis penggemar keris), Mas Tok Andriyanto (ahli warangan dan lurah besalen keris Gulo Klopo Jakarta), M Bakrin (kurator asal Surabaya), Abdul Fattah (santri pekeris tinggal di Jakarta) dan Satriyo (pakar isoteri).
Sehingga keris hasil lomba Kamardikan Award 2024 nanti diharapkan, dari sisi estetika tidak luput, dari sisi isoteri juga masuk. Aspek isoteri ini ditentukan penilaiannya oleh juri isoteri setelah delapan besar terbaik terpilih.
"Keris itu di samping seni rupa, juga tidak bisa dilupakan dari sisi isoterinya...," kata Toni Junus. Selain masa kini estetis, juga memiliki getaran isoteri, getaran rasa.
Kenapa isoteri dimasukkan? Toni Junus mengaku, ini masalah pasar juga. Sampai kini pun orang modern membeli keris diam-diam juga membeli isoteri.