Trend kepemimpinan bulu tangkis ini justru sebaliknya yang terjadi di China. Generasi penerus kepemimpinan mereka justru dari kalangan bulu tangkis, mulanya Wang Wenjiao (eks pemain bulu tangkis Indonesia di zaman 50-60-an). Sampai kini China selalu dipimpin oleh "orang bulu tangkis" yang tentu saja sangat paham bagaimana kepentingan bulu tangkis itu bicara.
Bulu tangkis bukan mainan kekuasaan. Atau tempat mainan duit semata. Akan tetapi juga tempat kesungguhan untuk menciptakan bibit-bibit olahraga unggul, tanpa pandang bulu. Agar bisa menjadikan negaranya sebagai 'negara bulu tangkis dunia" seperti Indonesia tahun 1960-an, tahun 1980-an, maka ada baiknya kembalikan saja pada orang-orang bulu tangkis yang lebih faham soal pembinaan bulu tangkis.
China kini dipimpin oleh "sosok bulu tangkis" Zhang Jun, kelahiran Jiangsu 26 November 1977. Ketua Umum Asosiasi Bulu Tangkis China (CBA) ini tentu saja orang bulu tangkis. Di nomor ganda putra maupun campuran, ia "legend". Sangat sering dulu bersaing dengan pemain-pemain Indonesia, di zaman Sigit Budiarto/Halim Haryanto.
Zhang Jun juga meneruskan kepengurusan yang semula dipegang oleh pemain 'legend' yang lain, juga di nomor ganda, Li Yongbo. Li Yongbo sungguh superior ketika main diganda putra, di zaman Eddy Hartono, Kartono, Heryanto bahkan Liem Swie King saat main ganda. Yongbo mengakhiri kepengurusannya pada 11 Mei 2017 silam.
Di bawah orang-orang bulu tangkis, maka pertumbuhan atlet-atlet China pun silih berganti. Ibarat, patah tumbuh hilang berganti. Karena yang mereka pikirkan adalah bulu tangkis, bulu tangkis, dan bulu tangkis. Dan bukan jabatan, jabatan, dan jabatan. Atau malah duit, duit dan duit di bulu  tangkis.
Selama lebih dari lima dekade dipimpin oleh orang-orang bulu tangkis, China pun berkembang  maju. Dan prestasi tak putus-putus, bahkan sampai kini pun melahirkan "calon-calon peraih emas olimpiade" baik di tunggal putra, tunggal putri, bahkan ganda putra, ganda putri dan ganda campuran.
Sepertinya sudah terlalu lama, bulu tangkis Indonesia tidak lagi dipimpin oleh orang-orang bulu tangkis, seperti dulu zaman Sudirman (1951-1952) dan (1967-1981). Pemain bulu tangkis di masa juara pertama All England 1958 Tan Joe Hok pun, yakni Ferry Sonneville, dulu juga pernah kebagian jadi pemimpin PBSI. Setelah Ferry (1985) inilah, Indonesia tidak pernah lagi dipimpin oleh orang bulu tangkis... *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H