Untuk pertandingan beregu yang berat seperti final Piala Thomas, kalah di angka pertama adalah gebrakan psikologis yang berat bagi tim manapun. Dan di kubu Indonesia ini terasa di nomor ganda, juara  ganda putra All England 2023, Fajri (Fajar Alfian/Muh Rian Ardianto)  yang main di partai kedua untuk Indonesia lawan pasangan juara Asia (2024) dan Asian Games (2022) Wang Chang/Liang Wei Keng, praktis tak berkembang permainannya. Banyak melakukan forced error, maupun unforced error.
Ganda kedua, yang main di partai keempat final Piala Thomas 2024 di Chengdu, Bakri (Bagas Maulana/Shohibul Fikri) Â sebenarnya juga tak perlu kalah lawan He Ji Ting/Ren Xiang Yu. Karena kesetanan disemangati publiknya, dan menjadi angka penentu kemenangan, maka He Ji Ting/Ren Xiang Yu pun seperti tak mau mengendorkan sama sekali tekanannya. Menang dalam dua games langsung, 21-11, 21-15.
Meski demikian, partai pertarungan final di nomor ganda antara Indonesia dan China ini sungguh merupakan sebuah pertarungan mutakhir "senjata-senjata permainan ganda" kelas dunia. Angka bertaut ketat, satu-terpaut-satu. Dan banyak sekali adu drive yang sangat cepat, smes kencang berkecepatan 400-an km perjam. Dan yang paling menarik, baik pasangan Indonesia maupun China mengerahkan kemampuan 'senjata pamungkas' yang tak kalah penting dari smes. Yakni kembalian smes yang menyerang.Â
Pemain ganda dunia saat ini, tidak hanya mutlak dituntut memiliki pukulan drive cepat, adu drive dalam intensitas tinggi. Akan tetapi juga harus memiliki kembalian smes yang mematikan. Bisa lob serang, bisa drive yang mengarah ke tempat kosong lawan, pada saat lawan lengah karena belum pulih dari posisi smesnya.
Piala Thomas yang pernah di tangan Indonesia (2020) dan lepas di tangan India (22) pun akhirnya gagal direbut kembali Indonesia. Bahkan partai terakhir kelima antara tunggal ketiga, Chico Aura Dwi Wardoyo vs Lu Guang Zu, belum sempat dimainkan. Piala sudah keburu diboyong tuan rumah China...
Disebut Duel China vs Indonesia
Pertandingan final Kejuaraan Beregu Dunia Piala Thomas dan Piala Uber 2024 di Chengdu, China (27 April-5 Mei 2024) ini tak ubahnya ulangan sejarah yang dulu disebut sebagai "Duel China vs Indonesia" di Thomas dan Uber tahun 1986 silam di Istora Senayan.
Hasilnya pun serupa. China mampu memenangi Piala Thomas maupun Piala Uber sehingga didramatisasi oleh kalangan bulu tangkis dunia waktu itu, "China mengawinkan gelar juara Piala Thomas dan Uber" pada 1986. Waktu itu, China menang atas Liem Sie King, Icuk Sugiarto dan kawan-kawan, serta Ivana Lie, Elizabeth Latif, Ratih Komala Dewi, Sarwendah, Rosiana Tendean dan Imelda Wigoena kesemuanya dengan angka 3-2.
Kali ini Indonesia kembali kalah lawan China. Tetapi sebenarnya Indonesia mendapat secercah harapan, bahwa di pertandingan paling bergengsi Olimpiade 2024 Paris pada Juli-Agustus mendatang, Indonesia masih memiliki Jonatan Christie -- yang praktis kini lebih dominan ketimbang pemain-pemain China yang ada. Tinggal bagaimana menjaga kondisi Jojo, dan menjaga prestasinya di pertandingan-pertandingan menjelang Olimpiade Paris. Siapa tahu ini saatnya Jojo berprestasi di Olimpiade.
Sementara di Piala Uber 2024 kali ini, setidaknya Gregoria Mariska Tunjung, Ester Nurumi Tri Wardoyo, Komang Ayu Cahya Dewi, Apriyani Rahayu, Siti Fadia Silva Ramadhanti, Ribka Sugiarto, Lanny Tria Mayasari, Rachel Allessya Rose, Meilysa Trias Puspitasari mampu mencatat sejarah, masuk final setelah penantian 16 tahun sejak 2008. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H