Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Raket Pilihan

Andai Saja Jojo Lawan Shi Yuqi...

7 Mei 2024   11:27 Diperbarui: 7 Mei 2024   11:30 450
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Jonatan Christie alias Jojo yang belum terkalahkan sejak All England dan Kejuaraan Asia 2024. (Associated Press/Claus Fisker)

Untuk pertandingan beregu yang berat seperti final Piala Thomas, kalah di angka pertama adalah gebrakan psikologis yang berat bagi tim manapun. Dan di kubu Indonesia ini terasa di nomor ganda, juara  ganda putra All England 2023, Fajri (Fajar Alfian/Muh Rian Ardianto)  yang main di partai kedua untuk Indonesia lawan pasangan juara Asia (2024) dan Asian Games (2022) Wang Chang/Liang Wei Keng, praktis tak berkembang permainannya. Banyak melakukan forced error, maupun unforced error.

Ganda kedua, yang main di partai keempat final Piala Thomas 2024 di Chengdu, Bakri (Bagas Maulana/Shohibul Fikri)  sebenarnya juga tak perlu kalah lawan He Ji Ting/Ren Xiang Yu. Karena kesetanan disemangati publiknya, dan menjadi angka penentu kemenangan, maka He Ji Ting/Ren Xiang Yu pun seperti tak mau mengendorkan sama sekali tekanannya. Menang dalam dua games langsung, 21-11, 21-15.

Meski demikian, partai pertarungan final di nomor ganda antara Indonesia dan China ini sungguh merupakan sebuah pertarungan mutakhir "senjata-senjata permainan ganda" kelas dunia. Angka bertaut ketat, satu-terpaut-satu. Dan banyak sekali adu drive yang sangat cepat, smes kencang berkecepatan 400-an km perjam. Dan yang paling menarik, baik pasangan Indonesia maupun China mengerahkan kemampuan 'senjata pamungkas' yang tak kalah penting dari smes. Yakni kembalian smes yang menyerang. 

Pemain ganda dunia saat ini, tidak hanya mutlak dituntut memiliki pukulan drive cepat, adu drive dalam intensitas tinggi. Akan tetapi juga harus memiliki kembalian smes yang mematikan. Bisa lob serang, bisa drive yang mengarah ke tempat kosong lawan, pada saat lawan lengah karena belum pulih dari posisi smesnya.

Piala Thomas yang pernah di tangan Indonesia (2020) dan lepas di tangan India (22) pun akhirnya gagal direbut kembali Indonesia. Bahkan partai terakhir kelima antara tunggal ketiga, Chico Aura Dwi Wardoyo vs Lu Guang Zu, belum sempat dimainkan. Piala sudah keburu diboyong tuan rumah China...

Disebut Duel China vs Indonesia

Pertandingan final Kejuaraan Beregu Dunia Piala Thomas dan Piala Uber 2024 di Chengdu, China (27 April-5 Mei 2024) ini tak ubahnya ulangan sejarah yang dulu disebut sebagai "Duel China vs Indonesia" di Thomas dan Uber tahun 1986 silam di Istora Senayan.

Hasilnya pun serupa. China mampu memenangi Piala Thomas maupun Piala Uber sehingga didramatisasi oleh kalangan bulu tangkis dunia waktu itu, "China mengawinkan gelar juara Piala Thomas dan Uber" pada 1986. Waktu itu, China menang atas Liem Sie King, Icuk Sugiarto dan kawan-kawan, serta Ivana Lie, Elizabeth Latif, Ratih Komala Dewi, Sarwendah, Rosiana Tendean dan Imelda Wigoena kesemuanya dengan angka 3-2.

Kali ini Indonesia kembali kalah lawan China. Tetapi sebenarnya Indonesia mendapat secercah harapan, bahwa di pertandingan paling bergengsi Olimpiade 2024 Paris pada Juli-Agustus mendatang, Indonesia masih memiliki Jonatan Christie -- yang praktis kini lebih dominan ketimbang pemain-pemain China yang ada. Tinggal bagaimana menjaga kondisi Jojo, dan menjaga prestasinya di pertandingan-pertandingan menjelang Olimpiade Paris. Siapa tahu ini saatnya Jojo berprestasi di Olimpiade.

Sementara di Piala Uber 2024 kali ini, setidaknya Gregoria Mariska Tunjung, Ester Nurumi Tri Wardoyo, Komang Ayu Cahya Dewi, Apriyani Rahayu, Siti Fadia Silva Ramadhanti, Ribka Sugiarto, Lanny Tria Mayasari, Rachel Allessya Rose, Meilysa Trias Puspitasari mampu mencatat sejarah, masuk final setelah penantian 16 tahun sejak 2008. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Raket Selengkapnya
Lihat Raket Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun