Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Prabowo: Negara Dengan Pers Kuat Tidak Akan Kelaparan

5 Januari 2024   13:53 Diperbarui: 5 Januari 2024   14:36 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dengan itu sebagai dasar, berarti kita harus membangun di atas apa yang sudah dibangun terlebih dahulu oleh pemimpin2 Indonesia, dari masa ke masa. Jadi, apa yang kita nikmati hari ini menurut pemahaman saya, adalah hasil dari kepemimpinan zaman Bung Karno, bukan akibat Bung Karno tunggal. Tidak ada pembangunan bangsa dari satu orang. Ada Bung Karno, ada Bung Hatta, ada Bung Sjahrir, ada Sudirman, banyak tokoh yang berkorban. Ada Dan Mogot, ada Ngurah Rai, ribuan orang berkorban. Tetapi kalau tidak ada generasi pembebas, kita mungkin tidak seperti ini. Bukan sebesar negara Indoensia, bukan sekaya ini. Kalau bukan pemimpin-pemimpin era itu, era perjuangan, era proklamasi, era perang kemerdekaan dan selanjutnya,"

 

"Dan sesudah Bung Karno, dengan kelebihan dan kekurangannya, era Pak Harto. Jadi keberhasilan yang apa kita miliki, banyak harus diakui keberhasilan juga zamannya kepemimpinannya Pak harto. Dengan kelebihan dan kekurangannya. Tetapi, tidak dapat dipungkiri, begitu banyak prestasi kita di zaman itu terutama di bidang ekonomi," kata Prabowo.

Kemudian sesudah itu, tutur Prabowo, karena tuntutan demokratisasi reformasi dan sebagainya, kita harus akui, terobosan dan keberhasilan ataupun apa yang dirintis oleh Habibie, walau sebentar, oleh Gus Dur, oleh Ibu Mega, oleh SBY dan terakhir oleh Pak Jokowi.

"Jadi, saya berpendapat bahwa semua sumbangan-sumbangan mereka itu menghasilkan suatu landasan yang kuat, suatu fondasi untuk kita bisa bener-bener take off menjadi negara makmur, menjadi negara moderen, negara sejahtera,"

Soal Susu untu Pelajar

Prabowo juga sempat ditanya sehubungan dukungannya terhadap keberlanjutan IKN (Ibu Kota Negara) yang beranggaran triliunan, serta pemberian susu dan makan pada siswa sekolah. Apa mampu?

"Sebenarnya kita mampu. Masalahnya, kita punya kehendak atau tidak?

Kita kasih susu yang sehat untuk anak-anak kita. Kalau kita punya kehendak, ya kita harus perbanyak kita punya populasi sapi di Indonesia untuk itu," kata Prabowo.

Dan ini sebetulnya, kata Prabowo, dulu waktu di zaman Orba, ini sebetulnya sebagian sudah dilaksanakan. Dulu ada regulasi yang orang-orang banyak tidak suka luar negeri, bahwa ada keweajiban perusahan-perusahaan yang impor untuk beli susu dari peternak kita. Sampai produksi susu Indonesia dari dalam negeri 50 persen dari konsumsi.

"Tapi dengan sistem liberalisasi kayak begini, sekarang produksi susu dalam negeri saya dengar hanya tinggal 15 persen. Karena tidak diwajibkan seperti dulu," kata Prabowo, "Jadi, sekarang kita punya will atau tidak? Kalau kita punya kehendak politik, ya sudah untuk satu dua tiga empat tahun, kita beli sapinya. Kita kembangkan di Indonesia," katanya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun