Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosok Pilihan

Prabowo: Negara Dengan Pers Kuat Tidak Akan Kelaparan

5 Januari 2024   13:53 Diperbarui: 5 Januari 2024   14:36 267
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Prabowo Subianto Capres Nomor Urut Dua ketika berdialog dengan pers di Kantor PWI Pusat Jalan Kebon Sirih Jakarta Pusat, Kamis (4/1) (Foto: PWI Pusat)

Elemen dari demokrasi itu menurut Prabowo ada dua. Yang pertama adalah pemilihan umum bahwa rakyat harus bisa memilih. Yang kedua, kebebasan pers itu adalah check and balance untuk mengendalikan penguasa.

"Dengan kebebasan pers yang dinamis, kalau perlu keras sedikit dan kita yang baca sakit hati, tetapi itulah pengendali kita. Pers memberitahu kita bahwa ada yang salah, negara ada masalah, itu perlu," kata Capres Nomor Dua Prabowo Subianto ketika dicecar dengan pertanyaan: Apa jaminan Anda akan kebebasan pers, jika nanti Anda berkuasa?

Prabowo Subianto akhirnya memenuhi undangan berdialog dengan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Pusat di kantor pusat Jalan Kebon Sirih, Jakarta hari Kamis (4/Januari/2023), setelah tak jadi memenuhi janji untuk berdialog dengan para wartawan di markas PWI pada 29 Januari 2023 silam.

Dialog dengan Prabowo ini hanya salah satu saja mata acara yang dirangkai oleh PWI Pusat dalam rangka menyongsong Hari Pers Nasional (HPN) setiap 9 Februari, hari jadi Persatuan Wartawan Indonesia. Sebelum berdialog dengan Prabowo, PWI Pusat sudah lebih dulu mengundang dan melakukan dialog dengan dua Capres yang lain, Anies Baswedan Capres Nomor Urut Satu serta Ganjar Pranowo Capres Nomor Urut Tiga pada akhir Desember 2023.

Tentang Kebebasan Pers ini khusus ditanyakan pada Prabowo, lantaran pada Pilpres sebelum ini (2019), Prabowo pernah "bermasalah" dengan pers saat kampanye Pilpres 2019. Bahkan Prabowo saat itu sempat melontarkan nada ancaman, yang kurang lebih "Awas kalian, pers. Saya sudah mencatat satu-satu apa yang kalian tulis...," kata Prabowo lima tahun lalu.

Kini, Prabowo mengaku malah ia pendukung kebebasan pers. Dan bahkan sempat berseloroh: "sering dikatakan, suatu negara yang persnya kuat, tidak akan ada kelaparan...," kata Prabowo. Kok bisa? Ya, setiap ada kelaparan, diberitakan langsung akan turun bantuan. Demikian pula banjir, diberitakan, langsung ada bantuan untuk diatasi.

Muka kudeta

Meski serius membeberkan visi dan misi pemerintahannya, jika nanti dia terpilih sebagai Presiden RI di Pilpres 2024, Prabowo sempat beberapa kali berseloroh tentang dirinya dan pers.

"Saya ini orang yang percaya dengan demokrasi. Sudah saya buktikan dengan komitmen saya dengan demokrasi. Saya dulu tentara, dulu (pers) banyak menuduh saya, mau kudeta. Tetapi saya kan tidak kudeta? Berkali-kali, bahkan. Ngga tahu ya. Mungkin muka saya ini muka (wajah) kudeta kali?" kata Prabowo.

"Tanpa kebebasan pers, saya tidak mungkin ada di sini. Saya dan partai saya bisa berkembang, karena ada kebebasan pers juga. Menurut saya, pers adalah salah satu faktor demokrasi," kata Prabowo pula.

Selama ini, setiap lima tahun sekali setiap Pilpres isyu soal Prabowo pelanggar HAM dan juga bagian dari Orde Baru selalu dihembuskan oleh pers. Sehingga, lima tahun lalu Prabowo sempat kesal pada pers.

"Muka saya muka kudeta, kali ya. Tetapi saya percaya demokrasi.  Saya terus ikut proses demokrasi sekian puluh tahun. Saya ikut konvensi di Golkar. Waktu di situ saya lihat berapa nilai nggak cocok, maka saya bikin partai baru. Setapak demi setapak, saya ikut Pemilu sudah keberapa kali. Tahun 2009 sebagai Cawapres ibu Mega, habis itu sebagai Capres, capres lagi. Dua kali kalah. Ini ketiga kalinya Capres lagi," kata Prabowo.

"Maaf ya. Jelek-jelek begini saya punya koran juga. Walaupun oplahnya nggak banyak, kadang-kadang saking nggak banyaknya oplah, kita bagi-bagi saja. Saya juga ada majalah. Ada televisi. Saya kali ini juga bagi buku-buku saya pada bapak-bapak. Mungkin karena buku saya kurang cepat laku, maka saya bagi-bagi sajalah....," katanya, disambut tawa para wartawan di Aula PWI Kebon Sirih.

Ada tiga judul buku Prabowo yang dibawa ke PWI Kebon Sirih siang itu. Yang satu judulnya "Kepemimpinan Militer" dan yang kedua "Paradoks Indonesia" dan ketiga "Strategi Transformasi Bangsa".

Buku "Kepemimpinan Militer", menurut Prabowo bisa dipahami soal latar belakang dirnya, nilai-nilai yang dia anut, falsafah yang dia anut, falsafah hidup, falsafah pengabdian dan ikon-ikon ataupun idola-idola dalam kehidupan Prabowo, siapa saja figur yang dia pegang jadi panutan dan sebagainya.

"Buku yang kedua, berisi pemikiran saya tentang kondisi bangsa Indonesia yang saya tuangkan dalam sebuah buku yang berjudul "Paradoks Indonesia". Yang terakhir adalah "Strategi Transformasi Bangsa" itu adalah kulmuniasi dari pemikiran saya, pemahaman saya tentang pengalaman mengkondisikan bangsa Indonesia yang intinya adalah jawaban terhadap dilema atau paradoks Indonesia," kata Prabowo.

Paradoks yang dimaksud dalam buku Prabowo itu adalah bahwa sistem ekonomi yang cocok untuk Indonesia itu menurut keyakinannya adalah bukan sistem Kapitalisme Neo Liberal, tetapi sistem ekonomi Pancasila yang merupakan penggabungan yang terbaik dari sistem Kapitalisme dan yang terbaik dari sistem Sosialisme. "Dan yang berakar kepada pengalaman Indonesia sebagai negara yang cukup lama dijajah dan yang bangkit ingin merdeka dan ingin hidup makmur..," tutur Prabowo.

"Di situ akan dilihat bahwa yang seharusnya kita anut adalah ekonomi Pancasila yang tidak lain adalah ekonomi berdasarkan UUD 1945 dan dimana sudah sangat jelas cetak biru pembangunan bangsa sudah ada dalam UUD 45. Mulai dari Pembukaannya dimana tujuan nasional ditegaskan, kemudian filosofi ekonominya sudah sangat jelas dalam pasal 33 dan 34 UUD 45. Bahwa ekonomi Indonesia harus berazaskan kekeluargaan. Itu sudah sangat jelas..,"

Dari Soekarno sampai Jokowi

"Dalam Strategi Transformasi Bangsa, pemahaman keyakinan saya dan tim saya yang tergabung dalam Indonesia Maju adalah bahwa pembangunan satu bangsa dimana tujuannya adalah untuk mencapai kemerdekaan sejati yaitu dimana suatu rakyat, suatu bangsa bisa hidup dengan layak,"

"Kemerdekaan sejati adalah dimana tidak boleh ada kemiskinan. Tidak boleh ada kelaparan, tidak boleh ada kurang gizi di antara rakyat kita. Dan pembangunan suatu bangsa itu bukan suatu usaha semacam minum tablet. Suatu pembangunan bangsa (nation building) adalah proses puluhan tahun, bahkan mungkin ratusan tahun. Yang jelas, kita sudah 78 tahun menuju 100 tahun merdeka,"

"Dengan itu sebagai dasar, berarti kita harus membangun di atas apa yang sudah dibangun terlebih dahulu oleh pemimpin2 Indonesia, dari masa ke masa. Jadi, apa yang kita nikmati hari ini menurut pemahaman saya, adalah hasil dari kepemimpinan zaman Bung Karno, bukan akibat Bung Karno tunggal. Tidak ada pembangunan bangsa dari satu orang. Ada Bung Karno, ada Bung Hatta, ada Bung Sjahrir, ada Sudirman, banyak tokoh yang berkorban. Ada Dan Mogot, ada Ngurah Rai, ribuan orang berkorban. Tetapi kalau tidak ada generasi pembebas, kita mungkin tidak seperti ini. Bukan sebesar negara Indoensia, bukan sekaya ini. Kalau bukan pemimpin-pemimpin era itu, era perjuangan, era proklamasi, era perang kemerdekaan dan selanjutnya,"

 

"Dan sesudah Bung Karno, dengan kelebihan dan kekurangannya, era Pak Harto. Jadi keberhasilan yang apa kita miliki, banyak harus diakui keberhasilan juga zamannya kepemimpinannya Pak harto. Dengan kelebihan dan kekurangannya. Tetapi, tidak dapat dipungkiri, begitu banyak prestasi kita di zaman itu terutama di bidang ekonomi," kata Prabowo.

Kemudian sesudah itu, tutur Prabowo, karena tuntutan demokratisasi reformasi dan sebagainya, kita harus akui, terobosan dan keberhasilan ataupun apa yang dirintis oleh Habibie, walau sebentar, oleh Gus Dur, oleh Ibu Mega, oleh SBY dan terakhir oleh Pak Jokowi.

"Jadi, saya berpendapat bahwa semua sumbangan-sumbangan mereka itu menghasilkan suatu landasan yang kuat, suatu fondasi untuk kita bisa bener-bener take off menjadi negara makmur, menjadi negara moderen, negara sejahtera,"

Soal Susu untu Pelajar

Prabowo juga sempat ditanya sehubungan dukungannya terhadap keberlanjutan IKN (Ibu Kota Negara) yang beranggaran triliunan, serta pemberian susu dan makan pada siswa sekolah. Apa mampu?

"Sebenarnya kita mampu. Masalahnya, kita punya kehendak atau tidak?

Kita kasih susu yang sehat untuk anak-anak kita. Kalau kita punya kehendak, ya kita harus perbanyak kita punya populasi sapi di Indonesia untuk itu," kata Prabowo.

Dan ini sebetulnya, kata Prabowo, dulu waktu di zaman Orba, ini sebetulnya sebagian sudah dilaksanakan. Dulu ada regulasi yang orang-orang banyak tidak suka luar negeri, bahwa ada keweajiban perusahan-perusahaan yang impor untuk beli susu dari peternak kita. Sampai produksi susu Indonesia dari dalam negeri 50 persen dari konsumsi.

"Tapi dengan sistem liberalisasi kayak begini, sekarang produksi susu dalam negeri saya dengar hanya tinggal 15 persen. Karena tidak diwajibkan seperti dulu," kata Prabowo, "Jadi, sekarang kita punya will atau tidak? Kalau kita punya kehendak politik, ya sudah untuk satu dua tiga empat tahun, kita beli sapinya. Kita kembangkan di Indonesia," katanya.

Satu sapi dari Brasil sekarang, kata Prabowo perlu mendatangkan melalui perjalanan 40 hari, harganya 2.500 dollar sampai di Indonesia. Kalau dari India hanya 20 hari.

"Kita butuh untuk kasih susu ke anak-anak kita yang jumlahnya 82 juta anak, kalau mereka minum 500 cc, kita butuh sekitar 40.000.000 liter. Berarti kita perlu sapi perah 2,5 juta ekor. Jadi mungkin kita impor dulu 1,5 juta sapi. Dalam dua tahun, bisa melahirkan 3 juta ekor. Kira-kira strategi kita seperti itu," kata Prabowo.

Seperti juga membangun IKN di Kalimantan. Semua itu tidak instan, tetapi ada will tidak? Penting nggak anak-anak kita kita kasih gizi?

"Kita sudah adakan beberapa eksperimen di sebuah sekolah, dikasih satu minggu 5 hari kerja, dikasih 3 ton protein. Setiap hari satu telor. Setelah 6 bulan, nilai akademisnya ternyata naik. Terbukti anak-anak kita harus kita intervensi dari sekarang. Kita tidak bisa bicara teori-teori. Anak-anak kita, apalagi anaknya orang yang ekonomi lemah, kita harus berpihak pada mereka sekarang. We cannot wait...," kata Prabowo pula.

Memang kedengaran Rp 440 triliun untuk program susu ini. Tapi Indonesia menurut Prabowo, punya kemampuan untuk itu.

"Sekarang saja APBN kita untuk bantuan sosial mendekati Rp 500 triliun. Kemudian anggaran untuk pendidikan Rp 600 triliun. Jadi, yang saya tanya adalah, kalau kita kasih makan untuk anak-anak kita ini boleh tergolong bantuan sosial atau tidak? Boleh tidak tergolong bantuan sosial? Yang kedua, ini boleh tergolong pendidikan atau tidak, kasih makan di sekolah?" katanya.

Belum lagi kata Prabowo, upaya peningkatan penghasilan kita kalau kita perbaiki sistem penerimaan pajak dan penerimaan non pajak. "Sekarang kita punya tax ratio itu sekitar 12 persen. Penerimaan revenue dari pajak, cukai dsb itu sekitar 12 persen. Vietnam 18 persen. Thailand 18 persen. Bahkan ada sekarang ada versi yang sebenarnya, Thailand sudah di atas 18 persen. Tiap 1 persen meningkat penerimaan negara, tiap 1 persen itu 15 milyar dollar. Jadi kalau kita bisa sama dengan Vietnam dan Thailand, 18 persen berarti kita kan kita harus naik 6 persen. 6 x 15 itu artinya perlu 90 milyar dollar ekstra. Saya optimis, bahwa kita masih mampu membiayai itu..," katanya.

We can manage it, kata Prabowo.

"Kita jangan termakan suatu brain washing bahwa Indonesia negara miskin. Negara Indonesia tidak mampu. Orang Indonesia tidak bisa manage, karena  pemimpin-pemimpin Indonesia korup semua. Kita nggak mampu bikin apa-apa. Itu adalah inferiority complex, itu adalah minderwardigheids complex, dicuci otak kita oleh Belanda dan negara barat," katanya, "Saya tidak anti asing. Saya dibesarkan di Barat. Saya kagum sama Barat. Hanya, Barat hanya mikir barat sendiri. Waktu saya ditanya orang-orang Eropa, dubes-dubes Eropa. What do you think of Europe? Oh, we love Europe. The problem is Europe sometimes  do not love us, kata saya....,"

Soal IKN. Nilainya kan kedengaran besar, 400 T (30 milyar dollar) apakah satu tahun? Apakah lima tahun? Apakah 10 tahun? Sekarang kalau kita bangun itu dalam 15 tahun, itu kan 1,5 milyar dollar satu tahun? Anggaran kita untuk infrastruktur saja mendekati 300 T (12 milyar dollar). Apakah IKN bukan infra struktur?

"Kita mampu melakukan itu...," kata Capres Nomor Urut Dua yang bakal didampingi Gibran Rakabuming Raka itu, pada akhir wawancara dengan para wartawan anggota PWI dari seluruh Indonesia di Jalan Kebon Sirih Jakarta, Kamis (4/Januari/2023) itu.. *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosok Selengkapnya
Lihat Sosok Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun