Lebih lanjut, Najib Burhani mengatakan bahwa sebenarnya dengan AI, hidup kita itu ditentukan oleh market. Hidup kita ditentukan oleh media sosial. Sepertinya bebas dari norma lama, tetapi sebenarnya kita masuk perangkap buaya yang yang baru.
"Kita bebas memilih, tetapi dengan terciptanya AI, teknologi itu mengontrol kita. Kita bisa mengritik pemerintah. Tetapi tiba-tiba akun kita 'di-ban' sama facebook. Tiba-tiba diberangus oleh AI. Atau tiba-tiba kritik kita di-hack atau di-crack oleh hackers," kata Najib Burhani.
Misalnya, kita ternyata ditentukan oleh market. Hidup kita. Mas Agus tadi menyebut hari-hari kita itu, hidup kita ditentukan oleh media sosial. Ternyata kita tidak bebas. Bebas dari satu norma lama, tetapi masuk dalam perangkap buaya yang baru.
Kita juga tidak bebas, dengan industri ini: yang menciptakan AI, yang menciptakan teknologi itu yang mengontrol kita. Kita bisa mengritik pemerintah, tiba-tiba di-ban sama facebook. Tiba-tiba kita di-ban oleh AI. Tiba-tiba di-crack oleh hackers. Dan sebagainya.
Dan kemudian -- nah, ini sudah menjadi kajiannya Mas Agus -- kita ditentukan oleh data, klik bait, hidup kita ditentukan oleh yang viral. Istilahnya mas Agus itu, "yang viral yang benar".
 "Jadi itu semuanya itu, kita beralih daripada kebebasan satu hal, tetapi kita terjebak pada perangkap yang lain yang sebetulnya mengungkung kita. Men-direct dalam kehidupan kita sehari-hari, "Kita terperangkap dalam market, kapitalis, data, dan mungkin norma-norma baru dalam kehidupan teknologi AI, teknologi industri dan sebagainya., kata Najib Burhani.
Nah, apakah dengan teknologi informasi sekarang manusia menjadi semakin bebas. Tentu, orang bisa mengatakan dan ada juga alasannya bahwa manusia semakin bebas. Karena dengan alasan bahwa dengan teknologi informasi sekarang terbuka kemungkinan untuk melakukan berbagai hal yang sebelumnya tidak dapat dilakukan. (Tadi Bu Indri juga telah menjelaskan itu).
'Self determination' Terganggu
"Saya melihat agak berbeda. Kalau kita memahami kebebasan sebagai 'self determination' atau penentuan diri, menghadapi AI menurut saya ada problematis kebebasan," kata DR Fitzgerald K Sitorus, dosen filsafat Universitas Pelita Harapan.
"Pertama kita perlu ingat bahwa sesuai dengan definisi kebebasan adalah penentuan diri (self determination), kalau kita mampu melakukan apa yang kita inginkan itu bukan pertanda kita bebas. Di situ justru kita tidak bebas," kata DR Sitorus.
Kenapa? Karena menurut Sitorus, kalau kita melakukan apa yang kita inginkan , itu sebenarnya kita diperbudak oleh keinginan kita. "Misalnya, ada iklan di televisi, di media sosial iklan macam-macam, mode, baju dan segala macam, itu kita membeli karena kita punya uang. Itu sebenarnya kita tidak bebas. Kita dikendalikan oleh keinginan kita. Itu sama seperti makan, sama seperti hewan. Hanya didorong oleh impulse, naluri," kata DR Sitorus.