Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Artikel Utama

Suara Rakyat Jauh Lebih Besar dari Suara Partai

5 Oktober 2023   18:57 Diperbarui: 6 Oktober 2023   15:04 555
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto di Pemilu 2009 (Antara/Prasetyo Utomo)

Mesin suara dari mana?

Bahkan Kaesang Pangarep (28) yang boleh dikata “anak kemaren sore” dan baru tiga hari pegang kartu anggota partai tetapi langsung didaulat jadi Ketua Umum (Ketum) Partai Solidaritas Indonesia (PSI) pun memahami, bahwa Presiden RI itu pilihan rakyat.

“Partai politik itu penting dalam pemilihan presiden. Namun belum tentu kandidat tersebut menang tanpa dukungan dari relawan yang bergerak dengan ikhlas tanpa pamrih,” katanya, ketika ia tampil dalam pidato perdana sebagai Ketum partainya, pada akhir September lalu.

Itu alasannya, mengapa ia perlu meminta restu pada para relawan Joko Widodo yang mengantarkan mantan tukang kayu itu dua periode jadi Presiden RI. Ada setidaknya 137 organ relawan Jokowi yang datang bergabung di Kopdarnas (Kopi Darat Nasional) partai tersebut sore itu.

Menurut Kaesang, selain partai pengusung bacapres dan bacawapres, maka para relawan capres tersebut banyak jasanya mengantarkan Joko Widodo menjadi Presiden RI untuk dua periode, 2014-2019 dan 2019-2024. Dan para relawan eks Jokowi itu sempat “meninggalkan Ganjar Pranowo” (bacapres PDIP), dan bergabung dengan kubu Bacapres Prabowo Sugianto sejak beberapa pekan lalu.

Dan kini ada di belakang ambisi Kaesang dan PSI (1,89% tahun 2019) untuk lolos ke Senayan jika berhasil melampaui ambang batas minimal 4% dari seluruh suara resmi dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang diakui KPU.

Jumlah total Daftar Pemilih Tetap yang diresmikan KPU (2019) masih sebatas 192.828.520.  Cukup banyak terpaut dari jumlah DPT (2024) yang ditetapkan KPU pada Juli 2023 lalu yakni sebanyak 204.807.222.

Unggul Kursi Tapi Gagal Presiden

Unggul jumlah kursi bukan jaminan capres dan cawapres nya menang. Itu terbukti, misalnya pada Pemilu 1999 – ketika PDIP menguasai parlemen Senayan setelah partai berlambang banteng itu menang Pemilu (1999) dengan total  35.689.073 suara atau 33,74% dengan perolehan 153 kursi dari total 462 kursi Dewan Perwakilan Rakyat RI.

Pemilihan Presiden dan Wakil Presiden (1999) waktu itu masih memakai sistem perwakilan, belum pemilihan langsung seperti sekarang. Pemilihan Presiden berlangsung pada 20 Oktober 1999. Sedangkan Pemilihan Wakil Presiden pada 21 Oktober 1999.

Ternyata jumlah kursi terbanyak PDIP di DPR RI dan kemenangan Pemilu Legislatif di tangan partai berlambang Banteng itu tak menjamin capresnya akan menang. Terbukti, yang terpilih malah Abdurrahman Wahid dari PKB dengan suara elektoral 373 (53,28%) sementara Megawati Soekarnoputri dari PDIP hanya 313 elektoral (44,72%).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun