Hal serupa juga terjadi sejak Etape 1 sepekan sebelumnya. Ketika seorang perempuan yang berniat aksinya tertangkap kamera televisi, memegang tanda besar bertuliskan "Allez Opi-Omi...," maksudnya, ucapan campuran Perancis dan Jerman yang jika diterjemahkan kurang lebih bermakna: Ayo! Kakek-nenek,"Â
Si wanita ini bahkan tidak hanya menjulurkan badan melewati parit pembatas. Akan tetapi nyerobot ke pinggir badan jalan.Â
Tidak menyadari, kedatangan peloton pembalap itu begitu secepat kilat. Pembalap Jerman, Tony Martin menyambar papan tulisan, dan berjatuhan pembalap di belakangnya mengikuti Tony.Â
Berturut-turut, setelah itu terjadi kecelakaan-kecelakaan dengan penyebab yang kurang lebih sama di etape-etape berikut.
"Kami sudah siap menggugat penonton perempuan ini," ungkap deputi direktur balap Tour de France, Pierre-Yves Thouault kepada wartawan kantor berita AFP, "kami sengaja resmi mengajukan gugatan di pengadilan, agar bikin kapok mereka yang suka membahayakan balapan dengan aksi tak penting seperti itu,"
Denda Besar
Aksi ini membuat kerugian bagi pembalap, dan juga tontonan balap hanya gara-gara pengen terlihat di kamera televisi.Â
Gara-gara aksi wanita "Allez Opi-Omi" ini, seorang pembalap Jasha Sutterlin cedera, dan harus menarik diri tak meneruskan membalap. Sejumlah pembalap sepeda lainnya juga cedera, termasuk pula sejumlah penonton.
Di antara para pembalap Tour yang cedera, di antaranya pembalap Italia Sonny Colbrell dan pembalap Belanda, Wout van Aert -- keduanya dijagokan memimpin di Etape pertama tersebut. Sedangkan pembalap yang memenangi etape tersebut, Julian Alaphilippe, memasuki garis finis dengan darah mengucur dari dengkulnya.
"Memang senang melihat banyaknya penonton di pinggiran garis finis, tetapi mohon, mbok ya berhati-hati..," kata Julian Alaphilippe.Â
Peristiwa ini mengingatkan kejadian Tour de France 2021 silam. Seorang pembawa papan, seperti dilakukan perempuan di etape pertama 2023, menyebabkan kecelakaan beruntun. Alasan pun sama. Pengen tertangkap kamera televisi.