Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Deep Purple, Gerald Ford dan Operasi Seroja

23 Desember 2022   21:23 Diperbarui: 24 Desember 2022   16:09 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kegentingan memang tengah melanda bumi Timor Leste, atau Timor Timur versi penguasa Indonesia. Jumat (28/11/1975) sepekan sebelum kedatangan Presiden Ford ke Jakarta, dan juga sepekan sebelum konser Deep Purple itu, pihak partai berpengaruh Timtim, Fretilin, memproklamirkan kemerdekaan Timor Portugis. Proklamasi ini tentunya diprotes partai pro-integrasi dengan Indonesia, UDT dan Apodeti. Proklamasi Fretilin ini dinilai UDT dan Apodeti sebagai mencederai kesepakatan “memorandum saling pengertian” yang dicapai antara Fretilin, UDT dan Apodeti di Roma awal November tahun 1975.

Ketika berkunjung ke Jakarta bersama Gerald Ford, Menlu AS Henry Kissinger menyatakan tak mengakui proklamasi sepihak Fretilin ini. Konsekuensi proklamasi kemerdekaan Timtim ini menyebabkan hubungan Republik Indonesia dengan Portugal pun putus.

Indonesia pun kemudian mengirimkan Operasi Seroja ke Timor Timur, dua hari setelah kunjungan Presiden AS Gerald Ford ke Jakarta (5/12/1975). Dan beberapa saat setelah Operasi Seroja? Dili ibu kota Timport (Timor Portugis) pada 7 Desember 1975 pun jatuh ke tangan empat partai pro-Indonesia, UDT, Apodeti serta KOTA dan Trabalhista.

Menlu RI Adam Malik, menurut surat kabar Kompas, membenarkan Portugal memutuskan hubungan diplomatik dengan Indonesia yang sudah dibina sejak 1964, setelah jatuhnya Dili ini.

Beritaku pun Tergusur

Suasana genting di Indonesia pas bersamaan dengan konser rock Deep Purple di Gelora Senayan ini sungguh membuat reportase beritaku, tentang konser Deep Purple, digusur dengan berita-berita perang. Tulisan reportase saya berjudul “Deep Purple: Supergrup Inggris yang Kenal Burung Kakatua” pun digusur berita-berita hangat politik.

Berita Deep Purple baru di Kompas Senin (8/12/1975). Dimuat di Halaman III dengan dua foto empat kolom saat Deep Purple mengakhiri konsernya di Jakarta dengan lagu “Highway Star”. Boleh dikata lagu yang paling akrab di telinga penggemar Deep Purple di Indonesia saat itu di samping “Smoke on the Water”.

Dan asap mesin dry-ice yang tebal pun memenuhi panggung. Para anggota Deep Purple, bergegas turun panggung usai “Highway Star” karena suasana konser malam itu berubah rusuh. Dan anjing-anjing pelacak petugas keamanan ikut terjun ke arena publik, penonton Deep Purple. Semua tentunya gara-gara situasi genting negeri, akibat Timor Leste menyatakan diri Merdeka. Juga hingar bingar kedatangan Presiden AS Gerald Ford dan Menlu AS Henry Kissinger...*

***

(JIMMY S HARIANTO, wartawan Kompas 1975-2012)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun