Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Deep Purple, Gerald Ford dan Operasi Seroja

23 Desember 2022   21:23 Diperbarui: 24 Desember 2022   16:09 1019
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sementara grup cadas kita, God Bless, yang tampil sebagai pembuka konser mereka pada hari kedua Jumat (5/12/1975) mendapat honor Rp 3 juta. Meski penuh persoalan dan perdebatan, menurut Denny Sabri, promotor Buena Ventura berhasil meraup pemasukan Rp 150 juta dari dua hari penampilan Deep Purple di Gelora Senayan.

(Sekadar untuk menghitung-hitung berapa besar biaya konser di bulan Desember 1975 saat itu. Kurs Mata Uang Asing menurut Kompas terbitan 6 Desember 1975 adalah sebagai berikut: AS Dollar Rp 416, Pounds Rp 853,14, Dollar Australia Rp 524,53, Dollar Singapura Rp 167,43. Bisa dibandingkan Kurs per (24/08/2021) AS Dollar Rp 14.402, 65, Pounds Rp 19.768,32, Dollar Australia Rp 10.398,67, Dollar Singapura Rp 10.619,23... )

Ya sudahlah. Apapun catatan-catatan dan komentar miring para pemain Deep Purple, seperti Glenn Hughes, Jon Lord, Ian Paice dalam berbagai media internasional, “konser neraka” di Gelora Senayan 4-5 Desember 1975 itu . merupakan tonggak sejarah panggung musik Indonesia. Konser Deep Purple dicatat  sebagai gelaran musik terbesar di Indonesia pada zaman itu.

Salah satu insiden yang membuat mereka trauma, adalah kejadian tewasnya kru (roadies) Deep Purple bernama Patrick atau Patsy Collins (31) yang tewas setelah berantem dalam keadaan mabuk dengan sesama kru, Patrick Callaghan (35) setelah bercumbu dengan perempuan. Insiden ini memaksa Patrick Callaghan dan manajer tour Deep Purple, Peter Cooksey, sempat mendekam di tahanan kepolisian, dinihari setelah hari pertama konser mereka pada 4 Desember 1975. Patrick dan Cooksey sempat bayar masing-masing US 2.000 dollar pada pihak kepolisian agar paspor mereka keluar. (Kompas Senin, 8 Desember 1875).

Deep Purple merangkum secara gamblang tour mereka di Australia, Asia – termasuk kejadian kelam di Jakarta – serta tour Amerika (1975) itu dalam sebuah dokumentasi film konser “Deep Purple, Rises over Japan” yang direkam secara profesional dengan lensa kamera 16mm di Budokan Hall, Jepang 15 Desember 1975 selepas konser mereka di Jakarta (1975).

Filem dokumentasi konser Deep Purple ini baru lengkap dirilis tahun (1977). Dan lebih lengkap lagi dirilis dalam “This Time Around: Live in Tokyo (2001)”. Beredar terbanyak masih dalam pita VHS yang kurang jelas gambarnya. Dan setelah 36 tahun, kembali dipulihkan rekaman konser mereka dalam disk Blu-Ray berjudul “Deep Purple: The Phoenix Rising” (2011). Edisi terlengkap ini, diisi dengan campuran suara stereo asli serta surround 5.1 baru.

Rekaman konser “Deep Purple: The Phoenix Rising” yang istimewa ini malah sempat memenangi penghargaan Leserwahl di Jerman sebagai “Blu-Ray Musik Terbaik” (2011). Rekaman ini bisa didapat di YouTube saat ini.

Jelang Operasi Seroja ke Timtim

Suasana media di Indonesia pada bulan Desember 1975 itu memang sedang hangat-hangatnya memberitakan kedatangan Presiden AS, Gerald Ford dan Betty Ford di Jakarta pada hari konser Deep Purple. Dan hanya selang satu hari, sebuah operasi militer besar-besaran dilakukan Indonesia di Timor Timur yang bergolak. Tepatnya pada 7 Desember 1975, tepat tiga hari setelah kunjungan Presiden AS Gerald Ford ke Jakarta.

Operasi Militer Seroja – yang terjadi pada 7 Desember 1975 atau dua hari setelah kunjungan Presiden AS Gerald Ford, maupun konser Deep Purple di Jakarta tentunya – menjadi headlines di berbagai media asing waktu itu. Kalau konser Deep Purple diberitakan sebagai “konser neraka”, maka pengiriman operasi Seroja ke Timor Timur itu dilabel media massa dunia sebagai “invasi Indonesia ke Timor Leste (Timtim)”.

Ada spekulasi beredar, bahwa momentum kedatangan Presiden AS Gerald Ford ini juga dimanfaatkan Indonesia sebagai persiapan “saat yang tepat melakukan operasi militer” di Timor Timur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun