Padahal, selain dikarenakan meluap karena kelebihan kapasitas, juga para penggemar sepak bola itu sebenarnya tidak berniat bikin kerusuhan. Akan tetapi menghibur hati para pemain pujaannya yang kalah.
Bagaimana bisa terjadi chaos dan jatuh korban? Chaos terjadi di lapangan ketika tim tamu, Persebaya memaksa tuan rumah Arema Malang FC menyerah dengan skor 2-3. Menurut polisi, jumlah penonton di stadion ada sekitar 42.000, padahal kapasitas stadion cuma 38.000. Dan umumnya mereka adalah para suporter Arema Malang. Lantaran pendukung rivalnya, Persebaya, tidak diizinkan masuk stadion karena dikawatirkan akan berantem dengan pendukung Arema.
Akan tetapi karena kecewa tim pujaannya kalah -- untuk pertama kalinya Arema kalah lawan Persebaya saat bermain di kandang -- mereka meluapkan rasa kecewanya dengan menghambur ke tengah lapangan.
Penonton yang kecewa lainnya terlihat melemparkan botol-botol dan berbagai benda lain ke arah para pemain dan ofisial. Dan sebagian melakukan perusakan. Reportnya, pihak polisi anti-huru-hara langsung merespon dengan semprotan gas air mata.
Sementara Al Jazeera yakin, tidak semua yang merangsek ke lapangan itu berniat berbuat rusuh. "Bagaimana rusuh, lantaran ada juga di antara mereka anak kecil dan perempuan," ungkap seorang saksi mata berusia 43 tahun.
Sedangkan menurut seorang polisi, pintu keluar di tribun sebenarnya ada. Hanya saja bisa dilewati dua orang. Padahal yang mau keluar pintu puluhan, katanya.
Sementara kepada Euronews, seorang saksi mata menuturkan pintu-pintu darurat stadion yang tak terbuka itu karena mereka kurang petugas, sehingga ada pintu yang tidak sempat dibuka karena tidak ada petugas yang jaga di pintu tersebut.
Seorang saksi mata mengaku kepada BBC News, bahwa polisi selama beberapa ronde menembakkan gas air mata. "Secara terus-menerus dan cepat. Sehingga situasi semakin menjadi tegang," ungkapnya.
Lima Rekomendasi
Setelah melakukan pembicara melalui telpon dengan Presiden FIFA, Gianni Infantino, Presiden Joko Widodo mengungkap bahwa ketua FIFA tersebut sudah mengirimkan surat tanggapannya tertanggal 5 Oktober 2022, mengatakan bahwa FIFA tidak menjatuhkan sanksi pada PSSI dan Sepak Bola Indonesia atas Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang ini.
Akan tetapi menyodorkan lima poin rekomendasi, yang intinya "FIFA akan turun tangan membantu perkembangan sepak bola Indonesia pasca Tragedi Kanjuruhan".