Mohon tunggu...
Jimmy S Harianto
Jimmy S Harianto Mohon Tunggu... Jurnalis - Mantan Redaktur Olahraga dan Desk Internasional Kompas

Redaktur Olahraga (1987-1993), Wakil Redaktur Opini dan Surat Pembaca (1993-1995), Redaktur Desk Hukum (1995-1996), Redaktur Desk Features dan Advertorial (1996-1998), Redaktur Desk Internasional (2000-2003), Wakil Redaktur Kompas Minggu (2003-2008), Redaktur Desk Internasional (2008-2012)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

RedPalms Kompas vs Timnas Bulu Tangkis

26 September 2020   06:56 Diperbarui: 11 Januari 2022   15:52 299
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto: Dokumentasi KompasFoto: Dokumentasi Kompas

Foto: Dokumentasi KompasFoto: Dokumentasi Kompas
Foto: Dokumentasi KompasFoto: Dokumentasi Kompas
Redaktur Olahraga terkenal, Th A Budi Susilo alias thab? Paling doyan main catur, kalau tidak sama Jayeng pung, ya sama Pele, atau belakangan Budiarto Danujaya tahun 1990-an. Ruang Redaksi di Palmerah Selatan, lebih mirip dengan laboratorium obat, karena memang bekas pabrik obat Konimex. Redaksi Kompas menggunakan gedung ini, dari 1972 sampai menjelang 1990-an.

Jam-jam siang hari, merupakan jam-jam santai istirahat sejenak, sebelum ngebut mengejar deadline batas pemberitaan jelang tengah malam. Setelah lepas magrib?

Jangan tanya bunyi ruangan Redaksi. Bunyi mesin ketik seperti hujan deras, badai, geretak tiada henti. Ditimpali dengan bunyi mesin teleks di ruang teleks, yang menyala terus selama 24 jam, menyuguhkan print out bahan-bahan berita dari kantor berita asing, Reuters, Agence France Presse (AFP), UPI, ada juga berita nasional dari Antara.

JAKARTA KOMPAS -- Mengetik begini, sering berjam-jam nggak maju-maju. Jakarta, Kompaaas..... terus. Baru dapat sealinea, disobek. Ganti kertas lagi. Kalau sudah kadhung panjang dan salah lagi? Ditip-ex. Kalau nggak ya diketik ulang, berita salah dipotong, lalu dilem dengan koreksian. Kalau selesai nulis? Panjangnya berita bisa seperti ekor layang-layang, sambung-menyambung. (Foto: Dokumentasi Kompas)
JAKARTA KOMPAS -- Mengetik begini, sering berjam-jam nggak maju-maju. Jakarta, Kompaaas..... terus. Baru dapat sealinea, disobek. Ganti kertas lagi. Kalau sudah kadhung panjang dan salah lagi? Ditip-ex. Kalau nggak ya diketik ulang, berita salah dipotong, lalu dilem dengan koreksian. Kalau selesai nulis? Panjangnya berita bisa seperti ekor layang-layang, sambung-menyambung. (Foto: Dokumentasi Kompas)
Raymond Toruan dan juga seniornya, J Widodo, termasuk yang harus mengawasi agar kertas gulungan teleks tidak habis. Sehingga berita teleks terputus. Kalau terputus?

Wah, berabe. Harus pergi ke kantor Antara di Pasar Baru untuk mengambil print out yang terputus dan tak sempat tercetak sebelum ganti gulungan kertas. Repot kan? Maklum, belum model mbah Google internet yang "real time", memberitakan pada saat itu juga berita dunia.

Zaman RedPalms, masih zamannya pasca perang. Berita masih berupa hardcopy, print out, cetakan dari kantor-kantor berita luar maupun dalam negeri. Hubungan antar wartawan hanyalah pesawat telpon. Kalau perlu, pakai koin di telpon umum. Atau yang paling mewah, kirim facsimile...

Jam siang, jam ketawa-ketiwi sering diramaikan dengan seloroh mas DJ Pamoedji. Dari ledek-ledekan tiada habisnya dengan Kartono Ryadi, sampai buka-buka majalah syuur....

Foto: Dokumentasi Kompas
Foto: Dokumentasi Kompas
Maklumlah, hiburan waktu itu terbatas, dan apa-apa kena sensor pemerintah Orde Baru. Baik berita politik yang kritis, maupun pornografi, kudu diblok pakai tinta hitam jika masuk dan ketahuan petugas.

Seringkali, majalah-majalah luar negeri waktu itu, ditempel kertas dengan lak hitam, pas berita-berita kritis terhadap Indonesia, atau yang ...... syuuuur. 

 Filem-filem pun, sebelum boleh diputar di bioskop-bioskop, juga harus melalui Badan Sensor Filem (BSF) dulu. Ditonton dulu oleh pejabat-pejabat sensor. Dan yang tidak senonoh, atau berbau politik kritis, kudu digunting. Maka, banyak filem luar negeri yang asyik-asyik, sampai Indonesia compang-camping digunting pejabat sensor...

Foto: Dokumentasi Kompas
Foto: Dokumentasi Kompas
Maka pada siang hari yang terik di luar ruangan, di dalam ruangan RedPalms pun jadi dingin dan sejuk. Siang sebelum diesel dan penyejuk ruangan menyala jam 16.00, saatnya molor sesaat di atas meja kerja sebelum menghujani ruangan dengan bunyi mesin ketik yang deras seperti curah hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun