Dari sisi de facto kerjasama ini adalah sebagai kepentingan ekonomi kedua negara.
Nampaknya secara formal "Kedaulatan Negara" dejure tidak bermasalah. Tidak ada yang terganggu.
Hingga kini kerjasama ini tetap dipertanyakan oleh Amerika dan Jepang
Perdana Menteri (PM) Jepang Shigeru Ishiba menyampaikan "kekhawatiran serius atas situasi di sekitar Laut China Selatan, Hong Kong, dan Xinjiang" kepada Presiden China Xi Jinping. Hal itu disampaikan Ishiba dalam pembicaraan tatap muka pertama kalinya dengan Xi.
Kementerian Luar Negeri Jepang mengatakan, dilansir kantor berita AFP, Sabtu (16/11/2024), dalam pembicaraan di sela-sela KTT APEC di Peru, keduanya juga sepakat untuk "berusaha mewujudkan kunjungan bersama oleh masing-masing menteri luar negeri, serta dialog tingkat tinggi tentang pertukaran budaya dan ekonomi pada waktu yang tepat".
Hubungan antara Jepang dan China memburuk karena Beijing membangun kapasitas militernya.
Kerjasama Indonesia dan China tetap dalam catatan serius bagi negara besar dan negara anggota Asean.
Pada tahun 2011, Mearsheimer menulis buku bertajuk Why Leaders Lie: The Truth About Lying in International Politics. Ia menyebut buku ini sebagai daftar "segala jenis kebohongan yang disampaikan antara satu negara dengan negara lainnya".
Mearsheimer mengatakan bahwa dalam buku tersebut, pembaca dapat belajar tentang "berbohonglah secara selektif, berbohonglah secara cerdas, dan kuasai bidang yang kamu lakukan".
Kissinger lebih menghargai "stabilitas internasional daripada mereformasi dunia menurut citra Amerika."
Selanjutnya Kissinger Quotes, bahwa Tentara hanyalah hewan bodoh yang dapat digunakan sebagai pion dalam kebijakan luar negeri.
Sejak hari pelantikan, belum genap100 hari kerja, Pemerintahan Prabowo, sudah melakukan dua langkah besar. Pertama, akan menjadi anggota Brics, kedua menandatangai kerjasama dengan China.