Mohon tunggu...
Jimmy Banunaek
Jimmy Banunaek Mohon Tunggu... Guru - Menulislah sebelum engkau mati

Penulis pemula yang mau terus belajar menulis

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Guru Sekolah Dasar Harus Banyak Belajar Bukan Mengajar

6 Mei 2020   21:20 Diperbarui: 6 Mei 2020   21:15 1558
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber gambar: Koleksi pribadi

Banyak persoalan terjadi di lapangan karena paradigma sempit tentang tugas guru. Ada yang beranggapan bahwa guru memiliki tugas untuk mengajar dan siswa atau peserta didik yang belajar. Akibat dari pola pikir sempit seperti ini membuat banyak guru sekolah dasar cenderung tidak mau belajar. 

"Tugas kita adalah menyampikan ilmu kepada siswa. Memberikan ujian atau ulangan, memberikan tugas, memeriksa pekerjaan siswa dan lain sebagainya". Ungkap beberapa teman guruku. Hal ini masih terjadi di lingkup satuan pendidikan hingga sekarang. Mengapa guru SD perlu banyak belajar bukan mengajar? Sebuah pertanyaan sederhana yang mengawali tulisan sederhana ini.

Sebagai guru sekolah dasar kita memiliki panggilan jiwa yang melebihi guru mata pelajaran lainnya. Guru sekolah dasar bukanlah guru mata pelajaran yang hanya membidangi satu mata pelajaran tertentu sehingga dengan leluasa dan fokus pada satu bidang sehingga ia dapat meningkatkan kompetensi ilmunya. 

Guru SD memang guru yang paling unik dan paling sulit karena harus mengajar berbagai mata pelajaran yang dikemas dengan sebuah tema. Semua mata pelajaran memiliki tingkat kesulitan masing-masing sehingga jika diajarkan secara simultan maka perlu skill dan pengetahuan yang mumpuni.

Setiap guru pasti menonjol pada bidang mata pelajaran tertentu. Namun khusus untuk guru SD, ia harus dipaksa untuk bisa menonjol disemua mata pelajaran yang diajar. Jika tidak dipkasakan untuk menguasai semua bidang studi yang ada maka, dalam pembelajaran tematik di kelas pasti ada mata pelajaran atau pokok bahasan yang tidak dikuasai apalagi tidak disukai tentu tidak diajarkan atau dilewatkan.

Pengalaman ini terjadi pada teman guru saya dan beberapa guru yang lain ketika berdiskusi tentang bagaimana caranya agar profesi guru SD perlu mendapat perhatian penuh. Ketika kita berbicara tentang mata pelajaran di kelas yang materinya tematik karena adanya gabungan beberapa mata pelajaran. 

Teman guru saya dengan jujur mengungkapkan bahwa ia tidak bisa mengajar mata pelajaran seni budaya dan prakarya (SBdP) karena memang ia tak menyukai mata pelajaran itu. Akhirnya apa yang ia lakukan? Ia tidak mengajar materi itu tapi melanjutkan ke materi yang lain. Demikian teman guruku yang satunya lagi berinisial "M". 

ia juga mengungkapkan hal yang sama. Ia tidak menyukai mata pelajaran matematika. Ia lebih senang mengajarkan mata pelajaran ilmu pengetahuan alam (IPA). Pengalaman yang kurang menyenangkan itu menunjukan bahwa guru SD perlu mendapat perhatian yang sangat serius.

Banyak orang (pengamat, masyarakat, akademisi) yang menganggap bahwa guru SD hanya mengajar hal-hal yang sederhana atau sepele dan tidak memberatkan. Anak usia 6 -- 12 tahun tidak terlalu sulit untuk diajar. Beda dengan guru mata pelajaran di tingkat menengah pertama atau atas. 

Asumsi itu menurutku sangat keliru karena melihat kenyataan yang ada bahwa dalam tingkatan level kognitif di tinggkat sekolah dasar, mata pelajaran untuk guru SD sudah menyasar pada proses berpikir yang lebih tinggi (hige order thingking). Anak SD sudah harus diajarakan untuk mengamati masalah, mengidentifikasi masalah, memecahkan masalah dan mengevaluasi. 

Pergeseran paradigma berpikir abad 21 dalam pembelajaran yaitu diarahkan pada kemampuan berpikir analitis bukan mekanistis. Sehingga pada tingkatan sekolah dasar anak sudah dilatih sampai tahap menyelesaikan masalah. Jika prosesnya sudah serumit ini maka pembimbingnya atau fasilitator (guru) harus lebih luas pengetahuan dan ketrampilannya.

Sebelum adanya kurikulum 2013 pengelompokan level kognitif dalam pembelajaran berdasarkan taksonomi bloom untuk sekolah dasar hanya sampai pada level aplikasi atau penerapan sedangkan yang sisanya (sistesis, analisis dan evaluasi) untuk tingkat pertama dan menengah. Measuki abad ke 21 semuanya berubah. 

Siswa SD sudah harus diajar hingga level evaluasi (C6). Materi yang diajarkan waktu itupun tidak terlalu sulit seperti sekarang. Kebanyakan pertanyaan-pertanyan yang bersifat konseptual dan procedural yang lebih ditekankan dalam pembelajaaran maupun penilaian. Sehingga tingkat kesulitan dalam memetakan kompetensi dasar tidak begitu sulit.

Namun pada kenyataan sekarang dengan adanya kurikulum 2013 sebagai sebuah pembaharuan menuju abad digitalisasi, yang diintegrasikan dengan program merdeka belajar. Hal ini menuntut guru sekolah dasar agar lebih kreatif dan inovatif dalam merancang kegiatan pembelajaran yang lebih bermakna, kontekstual, fleksibel dan tidak terikat oleh sekumpulan metode yang usang di kelas. 

Pembelajarannya harus menyasar pada cara berpikir kritis dengan melibatkan berbagai perangkat teknologi pembelajaran yang ada. Karena dengan melibatkan berbagai teknologi informasi maka siswa akan selalu siap menghadapi tantangan dunia kerja ke depan.

Dalam pengamatan penulis sebagai salah satu instruktur kurikulum melihat bahwa Selama ini banyak guru sekolah dasar masih tetap berada dan tidak termotivasi beranjank dari zona nyamannya (comfort zone). Masih banyak yang belum terlibat aktif dalam kegiatan yang bersifat daring maupun luring. 

Jika pun itu ada maka hal yang utama dalam mengikuti kegiatan adalah untuk mendapatkan sertifikat guna mendukung kenaikan pangkat. Begitu pun juga masih banyak yang bertindak pasif pada keadaan atau berpasrah diri dan mengajar sebagi rutinitas belaka. Untuk berubah dan keluar dari kondisi stagnasi maka, ada beberapa hal yang dapat bagikan misalnya:

1. Memiliki Motivasi Diri yang Kuat

Sebagai guru SD dengan sekelumit masalah siswa yang harus diatasi baik dari sikap, pengetahuan dan ketrampilan sangat menuntut guru untuk selalu memiliki motivasi diri yang kuat. Dengan memiliki motivasi yang kuat maka guru SD tidak akan berdiam diri dengan kondisi yang ada sebagai pengajar tetap lebih sebagai pembelajar. 

Dalam posisi ini sebagai pembelajar maka guru tersebut akan sangat haus terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi karena ia merasa bahwa dirinya harus lebih baik dari pada guru yang lain yang mampu melihat masa depan siswanya sesuai tuntutan zaman. Guru ini tidak akan berdiam diri tetapi jiwa bahkan rohnya akan terus menggerakannya agar terus belajar menggunakan semua indera yang dimilikinya. Jika tidak ada motivasi diri yang kuat dari seorang guru SD maka pemebelajaran yang dilaksanakan di kelas akan sangat membosankan, tidak menantang dan memasung kreatifitas siswa yang akan berdampak pada perkembangan belajar siswa.

2. Harus Menguasai Perangkat Teknologi 

Guru gaptek adalah guru yang "kurang piknik". Hampir rata-rata setiap guru SD selalu memegang smartphonenya tetapi jarang menguasainya. HP yang dipegang lebih cenderung mengekspose masalah pribadi, membagikan berita dan mengomentari status orang. Apa yang menjadi passionnya tidak dikembangkannya tetapi cenderung masuk pada ranah yang bukan skala prioritas. 

Kurang piknik yang dimaksud oleh penulis adalah bagaimana ia mampu menjelajahi dunia digital sebagai dunianya sumber belajar. Banyak hal yang ditawarkan di sana. Ada Perangkat belajar yang modern, bacaan yang menarik, games yang bermaanfaat, metode mengajar yang tidak kaku, bentuk penilaian yang cepat dan masih banyak lagi yang jika dijelajahi dengan cermat akan menemui banyak hal bermaanfaat.  

Tidak menguasai teknologi di jaman ini diibaratkan seperti sebuah pedang yang tumpul. Fisiknya nampak tetapi kurang bermaanfaat.  Teknologi memberikan kecepatan informasi, oleh karena itu sangat bermaanfaat untuk dikuasai.

3. Memiliki Minat Membaca yang Kuat

Memiliki minat membaca yang kuat adalah bukan sekedar membaca sepintas lalu kemudian "tidur", membaca lagi ketika diingatkan atau terdesak. Tetapi membaca di sini adalah lebih dari sekedar membaca sepintas lalu tetapi harus melibatkan emosi yaitu ceria, semangat, konsisten dalam mengelola waktu, memahami isi bacaan, dan tekun untuk selalu membaca di mana saja, kapan saja dan apapun bukunya.

Membaca bagi seorang guru adalah sebuah keharusan. Jika tidak membaca maka bisa disamakan seperti seorang buta yang tidak mampu berjalan. Membaca sangat penting karena tugas guru bukan hanya mengajar tetapi belajar. Membaca adalah Belajar menemukan berbagai hal baru yang bermaanfaat yang bisa diadopsi ke dalam pembelajaran. 

Konsep merdeka belajar sangat mengharapkan guru melek literasi dengan membaca. Dengan banyak membaca guru SD mampu bersaing dan tidak tertinggal baik dalam sikap, ilmu pengetahuan, keterampilan dan teknologi. Guru yang rajin membaca bagaikan sedang melihat masa depannya yang cerah.

3. Harus Belajar Menulis

Menulis adalah sebuah keterampilan. Keterampilan perlu dilakukan agar benar-benar terampil. Guru hebat adalah guru yang pandai menulis. Ada banyak guru yang termotivasi untuk mengembangkan diri lewat belajar menulis. Karena menulis merupakan salah satu ketrampilan yang bermaanfaat untuk meningkatkan kemampuan berpikit kritis. 

Menulis perlu diasah secara terus menerus karena banyaknya maanfaat yang akan diperoleh misalnya menambah wawasan pengetahuan, lebih dikenal sebagai guru yang kreatif, meningkatkan personal branding, memiliki banyak teman guru, menambah penghasilan jika telah dipublikasikan atau telah terjual dan masih banyak manfaatnya.

Tidak belajar menulis sama dengan membiarkan diri ini dikuasai oleh kebodohan. Membiarkan otak ini tumpul dan pada akhirnya lemah berpikir. Ibarat dua sisi pedang yang tajam maka ketrampilan menulis merupakan salah satunya. Perlu diasah dan digunakan agar bisa terlihat manfaatnya. 

4. Usahakan Memiliki Teman Guru Yang Hebat

Manusia yang paling lemah ialah orang yang tidak mampu mencari teman namun yang lebih lemah dari itu ialah orang yang banyak mendapatkan teman tetapi menyia-yiakannya. (Ali bin Abu ThaliB). Ada begitu banyak teman guru disekeliling kita yang sangat luar biasa. Baik dari kualitas ilmu pengetahuannya, keterampilannya, kepemipinannya, maupun kualitas kepribadiannya (personality quality). Dan itu bisa didapatkan pada zaman teknologi ini misalnya lewat blog menulis, group diskusi whatsapp (WA), facebook (FB), instagram (IG), telegram atau aplikasi lainnya.

Belajar dari mereka (guru-guru hebat) akan meningkatkan kapabilitas kita. Berbagai pengalaman atau pengetahuan akan dishare diberbagai media diskusi. Di situ kita akan melihat tulisan-tulisan yang menarik, video pembuatan perangkat pembelajaran yang interaktif, metode mengajar yang kompatibel, motivasi mengajar yang luar biasa dari guru-guru kreatif. Semuanya berseliweran di dunia maya.

Sebagai mahkluk yang terbatas maka sepatutnya sebagai guru perlu belajar dan berbagai latar belakang dan bidang ilmu yang ada agar kemampuan guru-guru SD bertambah. Poitnnya adalah bagaimana guru-guru memaanfaatkanya dengan bijak.

Sebagai guru SD, kita perlu banyak belajar karena belajar adalah merupakan kegiatan berproses dalam meningkatkan kualitas dan kuantitas. Sebagai peletak dasar dari sebuah bangunan yang disebut manusia maka kita perlu berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku yang semuanya diperoleh dari pengalaman. Jika selama ini kita fokus pada mengajar (memberi pelajaran) dan lupa diri untuk menambah ilmu lewat belajar maka sesungguhnya kita bukan guru. Karena guru adalah seorang pembelajar.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun