Korban Pandemi Covid-19 di Indonesia masih terus bertambah. Sampai tanggal 9 April 2020, tercatat Positif Covid-19 sebanyak 3.293 orang, diantaranya pasien sembuh 252 orang dan meninggal 280 orang.
Salah satu pasien yang dinyatakan sembuh adalah rekan gue bro BRFRONTASIA, sesama Alumni SMPN XII Jakarta Selatan Angkatan 1981. Beliaupun berbagi kiat-kiat menghadapi masa-masa kritis antara hidup mati tersebut, yaitu; jangan langsung panik dan jangan berprasangka buruk kepada Allah karena ujian penyakit, sembuh semua datang dari Allah SWT, terus beristighfar, zikir, doa, shalawat, shalat adalah kunci utama. Dan beliaupun tidak keberatan pengalamannya tersebut diceritakan kepada banyak orang untuk diambil hikmahnya.Â
Berikut pengalaman pribadi bro BRFRONTASIA.
**
Tidak henti-henti saya ingin mengucapkan terima kasih kepada teman-teman, saudara-saudaraku yang dicintai Allah atas doa-doanya.
Bila berkenan dan mumpung masih sangat saya rasakan, saya akan sharing atas ujian terinfeksi paru karena Covid-19 ini yang diberikan kepada saya.
Bila tidak berkenan silakan didelete (diabaikan) saja.
*
Cerita awal mulanya kemungkinan saya terpapar indikasi virus Pneumonia ini adalah saat saya mengikuti suatu konferensi internasional di Bali pada tanggal 3-6 Maret 2020 yang lalu. Saat itu di Bali memang sudah banyak orang yang terpapar dan awal-awalnya virus Corona masuk ke indonesia. Saat itu turis-turis juga sudah banyak berkurang.
7 hari setelah saya hadir acara tersebut dan saat itu Covid-19 sudah mulai berkembang di Jakarta sehingga Gubernur DKI Jakarta membuat keputusan protokol menjaga jarak dan meliburkan anak-anak sekolah.
Senin 16 Maret 2020, kami rapat di kantor tekait rencana WFH (Work From Home). Nah, pada saat rapat kira-kira jam 11-an, saya merasa demam dan langsung saya menemui dokter perusahaan yang bertugas. Saat itu saya hanya diberi Parasetamol dan saya juga sempat tidur di kantor sekitar 2 jam. Setelah itu saya merasa sembuh dan kembali bekerja seperti biasa.
Tetapi malamnya.. tiba-tiba saya menggigil dan panas demam kembali sampai keesokan harinya saya masih demam dari pagi sampai siang. Sore hari saya mulai membaik, demampun sudah turun.Â
Oleh karena itu hari Rabunya saya sempat masuk kantor. Pulang kantor, pada malam harinya saya kembali menggigil dan suhu tubuh sempat sampai 39°C lebih. Keesokan paginya, Kamis, saya pun pergi ke Dokter Spesialis Internist dan hanya diperintahkan periksa darah di laboratorium saja.
2-3 hari kemudian demam plus pusing, batuk, pilek mulai kambuh lagi dan saya pun langsung ke Dokter lagi untuk check up darah kembali dan CT Scanning. Dari situ terbaca bahwa ada bercak di paru-paru sepertinya Pneumonia. Dan saya pun akhirnya dibawa ke IGD untuk pertolongan lebih lanjut.
Sorenya saya dinyatakan Dokter terpapar virus Covid-19 dengan status PDP ringan. Saya hanya mengucap Innalillahi wa Innaillaihi roji'un dan langsung berdoa serta ikhtiar, ber-istighfar, zikir dan shalawat ikhlas menerima ujian ini. Kemudian saya langsung dirujuk ke beberapa RS Rujukan tetapi semua kamar sudah full sehingga saya terpaksa diinapkan di IGD selama 2 hari menunggu tersedianya kamar di RS Rujukan.
Karena belum juga mendapatkan Rumah Sakit rujukan, maka hari ke 3 dan 4, saya isolasi mandiri dirumah saja dengan obat-obatan yang diberikan oleh IGD.Â
Di hari ke 4 itu pulalah saya mengalami sakit dan sesak napas serta mengalami demam yg sangat tinggi sampai 40°C lebih tapi belum sampai 41°C. Dan Alhamdulillah sore itu dapat kabar dari RSPP bahwa saya mendapatkan ruang perawatan khusus. Itu juga dapat ruangan berkat rekomendasi dari ibu Dirut Pertamina (Terima kasih bu Dirut!).
Setelah masuk di ruang perawatan, pada malam harinya tiba-tiba saya merasa sangat menggigil sampai 1 jam lebih dan demam tinggi sampai 41°C. Oleh perawat, saya diberi suntikan dan ditambah infus sampai 4 macam infus beserta oksigen.
Hari ke 5 masuk masa kritis awal walau sebenarnya masa kritis itu terjadi sejak H3. Tapi pada H5, frekwensi batuk yang membuat sesak paru-paru, tinggi sekali. Bahkan bergerak sedikit saja, saya mengalami sesak nafas sampai beberapa menit. Akhirnya saya diberi oksigen dengan level maksimum dan suntikan Morphin agar bisa tenang.
Hari ke 6, dalam kondisi masih lemas, diambilah swap dari hidung dan mulut (tenggorokan). Â Sakitnya.. Naudzubillah.. sampai ke otak.
Hari ke 8, dari hasil swap, saya dinyatakan positif Covid-19! ...Â
Dan saat itulah masa-masa kritis semakin meningkat.. sampai sesak nafas terus yang sangat berlebihan. Kemungkinan hidup mati 40% : 60%!
Saya hanya bisa terus istighfar, zikir dan shalawat saja. Hanya itu yang bisa saya lakukan tapi itu juga saya lakukan saat dalam keadaan sadar, bila tidak ya tentunya ngga sempat.
Dipikiran dan perasaan saya saat itu, yang terbayang flashback selama saya diberikan umur hingga saat ini. Sebagian besar yang saya ingat adalah saya kurang banyak beribadah dan dosa-dosa yang telah saya perbuat. Saya juga sempat menangis ketika seperti melihat Orang Tua saya yang telah lama dipanggil Allah datang menemui saya.
Hari ke 9 saya lupa apa yang saya lakukan saat itu.
Hari ke 10 saya teringat... bahwa sebelumnya malam hari ke 9, saya sempat tersadar seolah-olah ada yang mengguncang-guncangkan dan menggoyang-goyangkan tubuh saya sampai hampir jatuh dari tempat tidur. Dan pagi H10 saat saya terbangun, saya merasa segar seolah stamina saya kembali seperti di charge dan battery kuat lagi. Saya pun sujud syukur diatas tempat tidur saat pagi sebelum shubuh.
Tapi setelah shubuh badan terasa lemas lagi, saya cuma berpikir positif dan rasa semangat yang sangat tinggi untuk sehat kembali. Dan saya sudah mulai memaksa untuk mau makan. Walau berat.. merasa makanan masuk ke tenggorokan jadi setiap suap tanpa dikunyah lagi dan didorong dengan air zamzam.Â
O ya dari semalam saya hanya minum air zamzam. Sejak H4 sampai H10, 90% makanan hanya melalui infus sedangkan makan dari mulut hanya kira-kira 10%.
Hari ke 11 masa kritis sudah lewat walau badan masih sangat lemas, saya selalu istighfar, zikir, doa, shalawat, shalat pada kondisi uzur sekalipun doa Nabi-Nabi yang mendapat muzijat seperti Nabi Musa, Ibrahim dll.
Hari ke 12 sampai hari ke 15, tiba-tiba pikiran dan jiwa sudah merasakan fit dan saya pun sudah bisa melakukan shalat seperti normalnya, walaupun sempat sempoyongan dan hampir jatuh kena tempat tidur tapi terus saya lawan!
Dan akhirnya Allah memberikan kekuatan dan kesembuhan berjenjang sampai hari ini, Alhamdulillah tingkat kesehatan saya terus meningkat signifikan walaupun masih terasa sedikit sempoyongan. Sujud syukur saya kepada Allah sehingga saya masih bisa memperpanjang ibadah saya disisa umur ini.
Itulah pengalaman saya saat mendapatkan ujian dari Allah melalui Covid-19.
*
Maaf kalo terlalu panjang sharing saya.
Intinya saat kita mendapatkan ujian dari Allah, jangan langsung panik dan jangan beprasangka buruk kepada Allah. Selalu berpikir positif atas ujian-ujian ini. Ingat selalu kepada Allah baik saat kita sakit maupun saat kita sehat.
Jaga kesehatan jiwa raga juga kebarokahan dari Allah dengan beribadah dan zakat sedakoh juga berbagi kasih dan rezeki. Semoga Allah selalu melindungi kita semua dari wabah dan dari segala godaan syetan. Aamiin YRA.
Ujian penyakit, sembuh semua datang dari Allah SWT.
Jaga diri dan keluarga kita, tetap menjaga Iman serta minta hidayah dan rahmat dari Allah dengan bershalawat kepada Nabiyallah Muhamad SAW. Shubanallah Inshaa Allah saya akan manfaatkan sisa-sisa umur ini dengan beribadah.
Selalu kita harus berikhtiar sesuai Alquran, Hadist dan protokol kesehatan. Alhamdulillah Allah sudah menyapa saya dengan cara yang sangat-sangat terbaik bagi hambanya yg lemah.
Silakan share.. dengan tujuan untuk kita selalu bersyukur, meningkatkan iman kepada Allah Azza Wa Jalla, Allah SWT dan shalawat kepada Baginda Rosulullah Muhamad SAW.Â
**
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H