Tetapi malamnya.. tiba-tiba saya menggigil dan panas demam kembali sampai keesokan harinya saya masih demam dari pagi sampai siang. Sore hari saya mulai membaik, demampun sudah turun.Â
Oleh karena itu hari Rabunya saya sempat masuk kantor. Pulang kantor, pada malam harinya saya kembali menggigil dan suhu tubuh sempat sampai 39°C lebih. Keesokan paginya, Kamis, saya pun pergi ke Dokter Spesialis Internist dan hanya diperintahkan periksa darah di laboratorium saja.
2-3 hari kemudian demam plus pusing, batuk, pilek mulai kambuh lagi dan saya pun langsung ke Dokter lagi untuk check up darah kembali dan CT Scanning. Dari situ terbaca bahwa ada bercak di paru-paru sepertinya Pneumonia. Dan saya pun akhirnya dibawa ke IGD untuk pertolongan lebih lanjut.
Sorenya saya dinyatakan Dokter terpapar virus Covid-19 dengan status PDP ringan. Saya hanya mengucap Innalillahi wa Innaillaihi roji'un dan langsung berdoa serta ikhtiar, ber-istighfar, zikir dan shalawat ikhlas menerima ujian ini. Kemudian saya langsung dirujuk ke beberapa RS Rujukan tetapi semua kamar sudah full sehingga saya terpaksa diinapkan di IGD selama 2 hari menunggu tersedianya kamar di RS Rujukan.
Karena belum juga mendapatkan Rumah Sakit rujukan, maka hari ke 3 dan 4, saya isolasi mandiri dirumah saja dengan obat-obatan yang diberikan oleh IGD.Â
Di hari ke 4 itu pulalah saya mengalami sakit dan sesak napas serta mengalami demam yg sangat tinggi sampai 40°C lebih tapi belum sampai 41°C. Dan Alhamdulillah sore itu dapat kabar dari RSPP bahwa saya mendapatkan ruang perawatan khusus. Itu juga dapat ruangan berkat rekomendasi dari ibu Dirut Pertamina (Terima kasih bu Dirut!).
Setelah masuk di ruang perawatan, pada malam harinya tiba-tiba saya merasa sangat menggigil sampai 1 jam lebih dan demam tinggi sampai 41°C. Oleh perawat, saya diberi suntikan dan ditambah infus sampai 4 macam infus beserta oksigen.
Hari ke 5 masuk masa kritis awal walau sebenarnya masa kritis itu terjadi sejak H3. Tapi pada H5, frekwensi batuk yang membuat sesak paru-paru, tinggi sekali. Bahkan bergerak sedikit saja, saya mengalami sesak nafas sampai beberapa menit. Akhirnya saya diberi oksigen dengan level maksimum dan suntikan Morphin agar bisa tenang.
Hari ke 6, dalam kondisi masih lemas, diambilah swap dari hidung dan mulut (tenggorokan). Â Sakitnya.. Naudzubillah.. sampai ke otak.
Hari ke 8, dari hasil swap, saya dinyatakan positif Covid-19! ...Â